"Umi, sepertinya senang berbagi hikmah y, tulisan-tulisannya lumayan cukup
kritis, q selalu mengikutinya, walau q nda' pernah berkomentar ataupun memberi
jempol."
Q jawab ia dengan senyum.
Q jawab ia dengan senyum.
Lalu ia berkata lagi,
"Tetapi maaf, mengapa umi repot-repot berbagi sih, apa nda' sedih kisah-kisahnya disadur orang lain, bagus kalau minta ijin, seringnya
Q masih menjawab dengan senyum.
Seperti kesal atas diam q, ia berkata lagi,
"Umi, mendingan juga, umi bikin buku, punya hak cipta, lalu dipasarkan, karya umi jadi berharga dan tidak sembarang orang menjiplak. Lagi kalau nulis di Facebook atau di Blog, paling-paling cuma dikasih jempol dan komentar, syukur kalau komentarnya menyenangkan hati, artinya bisa menghargai tulisan umi, kadang-kadang komentarnya malah menyakitkan, ya
Akhirnya q jawab ia masih dengan senyum,
"Syuqran karib q, atas perhatian dan kekhawatiranmu atas karya tulis q. Berbagi hikmah bagi q adalah sebuah anugerah yang amanah. Pemilik hikmah hanyalah Guru Kehidupan, q hanya meminjamnya. Apakah etis sebuah pinjaman dengan seenaknya qt perjualbelikan? Minjamnyakan gratis.
Lalu bila ada yang menjiplak tulisan q, doa q semoga tulisan q itu bermanfaat dan semoga bisa memberikan pencerahan bagi ukhuwah.
Q yakin Allah yang akan membayarnya (menggaji) ibadah syiar q ini kelak."
"Dan siapa yang mengerjakan kebaikan
akan Kami tambahkan baginya kebaikan
pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."
(Asy-Syuraa [68]: 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar