Begitulah ucapan beberapa wanita, yang belum siap berhijab.
“Masya Allah, pelaku pencurian itu, wanita berjilbab loh...”
Demikian komentar beberapa orang .
Ada apa dengan JILBAB?
“Kalau saya belum berani memakai kupluk, kesannya alim banget, jadi saya pilih kupiah saja.”
Celetuk seorang pemuda.
“Pakai kupluk, tapi pemerkosa. Astaghfirullah...”
Sergah seorang pemirsa tv.
Ada apa dengan KUPLUK?
-*-
Shahabat,
Petikan kalimat-kalimat diatas, menunjukkan kepada qt, betapa atribut yang dikenakan seseorang, sangat mempengaruhi citra dirinya.
Padahal, sungguh naif bila mengukur hanya dari tampilan luar semata.
Benarlah sabda Nabi Daud as.,
“Ketakwaan seseorang bukanlah dinilai dari apa yang ia kenakan, tetapi dari iman dan ahlaknya”.
Jilbab dan Kupluk hanyalah selembar kain yang melengkapi ketakwaan seorang Muslim.
Keduanya bisa melengkapi kemuhasabahan, tetapi kadang juga digunakan sebagai topeng kemudharatan.
Pilihan menggunakannya sepenuhnya terletak ditangan qt, sebab qt memang bebas untuk menentukannya. Namun qt tidak dapat bebas untuk menanggung konsekwensinya.
Satu hal yang penting adalah bila qt telah berniat, jangan hanya berjanji, segeralah mewujudkannya. Karena bila janji tersebut tidak kunjung terlaksana, maka menjadi hutang.
Rasulullah saw. bersabda,
“Seorang Mu’min yang ketika hidupnya berhutang, dan hingga wafatnya belum juga terlunasi, maka ruhnya akan bergantungan antara bumi dan langit, hingga hutangnya ter-ikhlaskan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar