Tadi
malam, cucu lelaki q yang baru lulus kuliah datang ke rumah, seperti biasa
kedatangannya untuk ’curhat’ (mencurahkan isi hati).
Kali ini
ia datang untuk menanyakan tentang dua wanita yang sedang ia dekati, sembari
menunjukkan foto dari keduanya itu dan berkata, ”Menurut umi, mana yang paling
baik untuk Fajar?”
Setelah q
amati dua foto tersebut, q menjawab, ”Umi melihat dari sisi penampilan dalam
kacamata awam, ya Fajar”, sambil menatap wajah cucu q. ”Umi memilih yang pakai
jilbab.”
”Tuh kan,
kenapa semua orang memilih yang pakai jilbab sih?”, tanya Fajar seperti tidak
puas atas jawaban q.
”Yang
pakai jilbab terlihat lebih alim, cantik dan menarik”, kata q menjelaskan.
”Tadi umi-kan sudah bilang, umi melihat dari penampilan awam.”
”Iya, tapi
umi-kan nggak tahu sifat, sikap dan tingkah laku dia sebenarnya”, kata cucu q
terlihat kecewa dengan pilihan neneknya.
”Berarti
kamu suka dengan yang satunya lagi, ya? Yang berambut panjang dan manis”, tegas
q kepadanya. ”Lalu kenapa kamu tanya umi, yang mana paling baik, sementara
dihatimu kamu sebenarnya telah memilih?”
”Sekedar
memastikan saja, apakah umi menyetujui pilihan Fajar”, kata cucu q seraya
tersenyum.
Sahabat,
percakapan diatas kelihatannya biasa saja, namun dari peristiwa itu q melihat suatu
hikmah yang tidak biasa, yaitu PENAMPILAN dan HATI.
1. PENAMPILAN
Umumnya,
orang seusia q pada awalnya memberi penilaian dari sisi penampilan, karena
tidak ada keterangan ataupun latar belakang dari seseorang yang baru qt lihat
atau temui.
Sebagai contoh;
a. Sebagai seorang muslim, antara yang
berjilbab dan tidak. Pastilah qt memilih yang berjilbab.
b. Sebagai seorang muslim, antara yang
berbaju taqwa (koko, peci/kupluk dan sarung) dengan yang tidak. Pasti juga qt
memilih yang berbaju taqwa.
c. Yang berpakaian modis dan
bersepatu/sandal bagus, dengan yang berpakai sekadarnya. Pastilah yang modis
yang dipilih.
d. Yang berkemeja rapih, pantalon dan
bersepatu, dengan yang berkaos oblong, celana pendek dan bersendal jepit.
Pastilah juga yang pertama pilihan qt.
e. Yang sehat jasmani dan ruhani, dengan
yang penyakitan atau cacat raga. Pasti yang sehat jasmani dan ruhani-nya.
Sulit
rasanya pada pertemuan pertama tanpa kata-kata, qt dapat mengetahui sifat,
sikap dan tingkah laku seseorang. Kecuali bila diberi hidayah Allah dengan
indra ke-enam.
2. HATI
Barulah
ketika ada interaksi dan pertemuan-pertemuan berikut, qt dapat menilai orang
tersebut berdasarkan sifat, sikap dan tingkah laku seseorang.
Benarlah
pepatah klasik dari bahasa Jawa, ” Witing tresno jalaran soko kulino”, yang
artinya ”Cinta atau kasih sayang itu tumbuh karena terbiasa.”
Atau
pepatah ”Tak kenal maka tak sayang.”
Kedua
pepatah diatas, jelas menerangkan kepada qt bahwa rasa atau hati bisa
diketahui, ketika qt telah terbiasa ber-interaksi dengan seseorang.
Setiap
qt, pastilah menginginkan yang terbaik, malah kalau bisa yang sempurna.
Sehingga
acap kali qt berkata, ”Aku ingin yang soleh/solehah, baik hati, sayang,
perhatian, penuh pengertian, bertanggung jawab, tampan/ayu, sehat, cerdas dan
kaya.”
MASYA
ALLAAH.
Padahal
sebenarnya di lubuk hati masing-masing mengerti bahwa, tidak ada yang
sesungguhnya sempurna. Hanyalah Allah Maha Sempurna.
Sahabat,
walau secara teori lebih mudah diucapkan, sedangkan prakteknya kemungkinan
lebih sulit. tetapi marilah mencoba, memahami dan menerima seseorang apa
adanya, sambil berusaha untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Akan
bertambahlah pahala qt bila dengan ketulusan hati dapat mengubah kekurangan
seseorang menjadi lebih baik, bahkan bermanfaat bagi banyak orang.
Seorang
terlahir;
- lengkap dan sehat, jasmani dan ruhani,
- cerdas dan berbakat,
- cantik atau tampan,
- kaya dan bangsawan,
Sempurnalah
ia dimata manusia, belum tentu dimata Allah.
Seorang
terlahir;
- cacat dan berpenyakit.
- biasa dan kurang berbakat,
- muka pas-pasan bahkan jelek,
- miskin dan jelata,
Sempurnalah
ia dimata Allah, belum tentu dimata manusia.
”Sadarilah bahwa penilaian sempurna di mata manusia, tidak sama dengan penilaian sempurna di mata Allah SWT.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar