Sahabat, ketika qt berusia dibawah 5 tahun,
biasanya disebut Masa Balita.
Kemudian
beranjak sampai usia 10 tahun, disebut Masa Kanak-kanak.
Lalu beranjak
lagi sampai usia 15 tahun, disebut Masa Teruna atau Masa Tanggung.
Bergerak ke
usia 20 tahun, disebut Masa Remaja.
Selanjutnya
ketika berjalan sampai usia 30 tahun, ini disebut Masa Pemuda.
Dan setelah
usia 30 menuju usia 50 tahun, disebut Masa Dewasa.
Pembentukan
sifat, sikap dan tingkah laku, biasanya mulai berproses di Masa Teruna, terus
berkembang mengikuti perkembangan daya berpikir dan pertumbuhan tubuh.
Masa
pancaroba mulai dirasakan ketika masa remaja, disini qt mengalami masa puber,
pencarian identitas dan jati diri.
Memasuki Masa
Pemuda, qt mulai bisa meredam diri dari letupan idealis dan mulai memantapkan
pilihan hidup.
Masa yang
boleh dikatakan mulai statis dari geliat pemberontakan hati, adalah di Masa Dewasa,
diwaktu ini qt terkuras dalam membangun dunia sendiri dan merawat diri.
Dan di Masa Tua,
qt lebih disibukkan dengan ibadah dan urusan sosial.
Yang menjadi
pertanyaan adalah, "Apakah sifat, sikap dan tingkah laku masa kanak-kanak,
benar-benar hilang, sejalan proses dan perjalanan waktu? Benarkah ketika memasuki
Masa Pemuda dan berlanjut ke masa selanjutnya, qt sudah bisa dikatakan dewasa?
Sehingga ada yang berkata, “Coba dewasa sedikitlah, jangan seperti anak-anak.” Kata-kata tersebut ditujukan pada sifat, sikap dan tingkah laku seseorang.
Sehingga ada yang berkata, “Coba dewasa sedikitlah, jangan seperti anak-anak.” Kata-kata tersebut ditujukan pada sifat, sikap dan tingkah laku seseorang.
Sebab, kadang-kadang
tubuh telah dewasa tetapi perilaku masih kekanak-kanakan.
Mari qt kaji ilustrasi dibawah ini:
Kebanyakan balita sangat menyukai ES KRIM dan COKLAT.
Nah, bila;
1. Qt
tawari kedua jenis makanan diatas, manakah yang akan dipilihnya? Pastilah, yang
paling disukainya. Bagaimana kalau qt berikan yang tidak disukainya? Anak itu pasti kecewa dan
menangis.
2.
Qt menggoda dengan mengatakan, ”Bagi
dong...” Nah, mana yang ingin dibagikannya untuk qt? Pastilah ada keberatan
pada awalnya. Bisa ia berikan yang ia sukai, bisa juga yang tidak ia sukai,
bisa juga kedua-duanya, atau malah tidak sama sekali.
3.
Qt bepergian, biasanya qt menanyakan,
”Mau dibeliin apa, es krim apa coklat?” Apa yang dipilihnya? Pastilah sesuai
dengan imajinasi dan pengalaman sebelumnya. Imajinasi menjadi harapan yang
sangat dinantinya, bahkan ada yang tidak makan dan tidur, menunggu kedatangan
impiannya.
Pada usia
balita (bawah 5 tahun), anak-anak belum dapat menggunakan pikirannya dengan
baik, yang ada adalah insting, memori sesaat dan suasana hati. Sehingga segala
sesuatu yang dialami balita, kebanyakan berjalan sesuai dengan pengalaman yang
pernah dirasa dan di alaminya.
Dari ke-3 ilustrasi diatas, sebenarnya perilaku balita tersebut masih melekat erat pada diri qt hingga kini. Dimana Es Krim dan Coklat berubah menjadi MATERI dan EGO, sehingga;
Dari ke-3 ilustrasi diatas, sebenarnya perilaku balita tersebut masih melekat erat pada diri qt hingga kini. Dimana Es Krim dan Coklat berubah menjadi MATERI dan EGO, sehingga;
1. Ketika qt diberi pilihan, pastilah
qt memilih yang terbaik untuk qt. Dan bila kenyataannya tidak sesuai dengan harapan,
ada rasa kecewa dan sedih.
2.
Ketika sesuatu yang qt sayangi
diminta atau dipinjam orang lain. Awalnya ada rasa keberatan. Walau mungkin kemudian
qt memberikannya juga.
3.
Dan ketika qt diberi harapan atas
sesuatu yang menyenangkan, pastilah qt menantikannya.
Intinya, di
setiap diri ini, perilaku balita atau kekanak-kanakan sebenarnya tetap ada,
walau tidak dominan. Dengan pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan, qt dapat
meminimalisasi hal tersebut ditambah dengan meningkatkan kedewasaan hati dan
pikiran.
Jadi jangan
heran bila ada orang yang masih belia tetapi telah dewasa dalam menghadapi
hidup. Atau ada orang yang miskin dan papa dalam materi, tetapi kaya akan
hikmah kehidupan.
Pilihan dan harapan tentunya yang terbaik itulah keinginan manusia, tetapi tidak demikian dimata Allah. Kadang yang tidak sesuai dengan hati dan pikiran kita, justru itulah yang Allah berikan kepada kita. Maka syukurilah apapun yang pernah kita alami, baik itu manis maupun pahit. Karena hal itu akan menambah dewasa dan kaya, hati dan pikiran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar