Setiba
dirumah ibu Halimah, sudah berkumpul beberapa orang disana. "Mungkin sanak
keluarga beliau," terka q didalam hati. Hafsah, salah seorang putri beliau,
menyambut kami dengan isak tangis, "Umi, mama... mama, umi," katanya
terbata-bata. "Sabar ya... berdoa, jangan menangis terus," kata q
menghibur.
Kami lalu
masuk kedalam kamar, q lihat ibu Halimah terlihat sedang tidur. Disisi tempat
tidur, duduk 2 putrinya yang lain, Afifah dan Ruqoyah. Sedang suami beliau,
Atman dan Rizqi, putra bungsunya, duduk bersama saudara lainnya diruang tamu.
Ibu
Halimah sudah satu bulan memang menderita sakit radang empedu, beliau sempat
dirawat dua minggu di rumah sakit, namun karena keterbatasan biaya, akhirnya
beliau dirawat dirumah. "Kini, keadaannya semakin memburuk, sudah tidak
mau makan," kata Hafsah menjelaskan.
"Yang
membuat semakin parah, mama sering ketakutan, umi," tambah Afifah.
"Iya
mi, seperti melihat sesuatu yang menakutkan gitu," Ruqoyah melengkapi.
"Makanya
Hafsah menelpon umi, mama ingin ketemu umi," jelas Hafsah lagi.
"Umi
ndak bisa apa-apa Hafsah, Allah-lah Maha Penyembuh dan Maha Tahu, qt berdoa
sama-sama saja ya," kata q menenangkan mereka.
Tiba-tiba
ibu Halimah terbangun dan benar, beliau terlihat begitu ketakutan. Q lalu
mendekati dan mencoba menenangkan dirinya, q baca doa-doa yang q tahu sebisa q.
Lalu Ibu Halimah berbisik kepadaq, "Umi, mengapa orang-orang itu melihatku
begitu sinis dan seperti marah padaku?"
"Siapa
mereka itu, ibu?" Tanya q.
"Tuti,
Adnan, Puji, Mbok Mar dan yang lainnya. Mereka semua itukan sudah
meninggal. Tetapi umi, kenapa mereka seperti itu?" ibu Halimah bertanya
lagi.
"Maaf ibu, mungkin ibu pernah berbuat salah kepada
mereka, dulu?" q bertanya dengan hati-hati.
"Iya mi, tapi itu sudah lama, memang aku selalu
berburuk sangka kepada mereka. Aku tetap menjelek-jelekan mereka, walau mereka
telah wafat. Tetapi sejak aku dinasehati umi, aku berusaha untuk berubah,"
jelas ibu Halimah.
"Apakah ibu sudah meminta maaf pada mereka, atau
paling tidak meminta maaf pada keluarganya bila mereka sudah tiada, atau apakah
ibu sudah berniat minta maaf lalu bersedekah, yang pahalanya untuk
mereka?" tanya q.
'Bagaimana aku melakukan itu, badanku sendiri sudah ndak
mungkin untuk bangun, apa lagi mengunjungi mereka. Juga aku sendiri ndak bisa
memberi sedekah, umi tahu sendiri, uang habis untuk biaya berobat," kata
ibu Halimah lagi.
"Meminta maaf, tidak perlu ibu yang harus bangun dan
menemui mereka atau keluarganya, bisa ibu wakilkan lewat keluarga ibu;
anak-anak atau suami. Lalu sedekah itu, tidak harus selalu berupa pemberian
makanan atau barang, ibu," jelas q padanya.
"Ibu bisa sedekah dengan shalat, seperti nasehat
Rasulullah saw dalam sebuah hadits;
'Tidak akan pernah menimpa seorang mayat, sesuatu yang
berat, seperti beratnya malam pertama didalam kubur. Maka kasihanilah
mayat tersebut dengan shadaqah. Dan apabila tidak mampu, maka shalatlah 2
rakaat...'."
(Kitab Menguak Mutiara Terpendam, oleh Syekh Muhammad
Shaddiq Al-Qahhawi, di alih bahasa oleh Al-Habib Umar bin Mukhsin
Al-Atthas)
"Kalau waktuku tidak sampai bagaimana umi, sedang
aku belum sempat Shalat Shadaqah?" ibu Halimah bertanya lagi.
"Niatkan sajalah dulu, tetapi ibu ndak boleh pesimis
begitu, Allah Maha memegang Ajal manusia, semasa ibu masih diberi nafas,
teruslah berikhtiar untuk sembuh," kata q menyemangatinya.
Kini Ibu Halimah mulai membaik, setelah berobat
alternatif dengan meminum obat tradisionil. Beliaupun telah melaksanakan Shalat
Shadaqah sebagai permintaan maafnya kepada mereka yang telah beliau dzalimi.
Sahabat, kisah diatas, sungguh menyadarkan q, bahwa bila qt
berusaha memaafkan orang-orang yang memiliki salah kepada qt, lalu qt istiqamah
berbaik sangka (khusnudhan), sedang mereka telah wafat. Maka bila waktu qt
tengah rapuh, mereka akan datang dengan senyum dan mendoakan qt juga. Memang
benar tubuh mereka telah hancur oleh tanah, namun ruh mereka tetap hidup.
Kepunyaan Allah-lah segala
apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi.
Dan jika kamu melahirkan
apa yang ada di dalam hatimu atau
kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang
perbuatanmu itu.
Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya
dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya;
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar