Sudah 19 tahun Lastri hidup menjanda tanpa anak,
setelah bercerai dengan suaminya, kala usianya 27 tahun. Mantan suaminya seorang
yang sungguh kejam, Lastri sering dipukuli, ditinju dan siksa, hingga akhirnya
Lastripun tidak tahan di usia pernikahan yang baru 3 tahun. Setahun setelah
perceraian, mantan suaminya meninggal dunia.
Setelah bercerai, Lastri menumpang pada adik lelaki
bungsunya yang masih lajang, tetapi sudah mandiri. Untuk membunuh rasa kesepian
dan juga untuk membiayai hidupnya, ia menyibukan diri dengan bekerja sebagai
operator jahit di sebuah perusahaan garmen.
Lastri sempat tertutup dan takut untuk kembali dekat
dengan lelaki. Kegagalan berumahtangga seakan mejadi trauma bagi dirinya. Namun
seiiring waktu berjalan, Lastri berusaha bangkit, ia mulai berinteraksi dengan
para lawan jenis.
Penampilan pun dimaksimalkannya, agar terlihat
menarik, muda dan ayu. Ia juga berusaha istiqamah dalam beribadah, berpuasa,
tahajud dan berdoa kepada Allah, agar cepat diberikan jodoh.
Ketika memasuki 7 tahun hidup menjanda, Lastri
mendatangi seorang Kyai di Cianjur untuk menanyakan tentang dirinya. Sungguh
terkejut ia, kala Kyai tersebut mengatakan bahwa mantan suaminya telah meneluh
wajahnya seperti monyet. Sehingga setiap pria yang mendekatinya, mundur ketika
melihat perubahan diwajahnya. Sayangnya Kyai itu tidak berhasil menghilangkan
teluh dari dirinya. Betapa gundah hati Lastri menerima kenyataan itu.
Segala cara diusahakan Lastri bersama keluarganya,
untuk dapat kembali normal. Dari memperbaiki ibadah hingga mendatangi para
Kyai, Tabib dan ‘orang pintar’. Namun sejauh itu, nampaknya usahanya belum juga
berhasil. Sampai pada akhirnya ia pasrah dan berusaha menerima suratan takdir.
Memasuki usia 45 tahun, Lastri berkenalan dengan seorang
wanita yang mendapat hidayah dari Allah untuk menolong dirinya. Beberapa amalan
dan ruwatan pun dijalaninya.
Berkat ke-istiqamah-an dan kesabaran yang boleh
diacungi jempol, di usia 46 tahun, Lastri akhirnya bertemu jodohnya. Seorang
duda, yang usianya terpaut 14 tahun lebih muda dari dirinya.
Sungguh Allah Maha mendengar segala doa, setelah
satu bulan menikah, Lastri pun hamil, hamil yang pertama kali. Mengalami
kehamilan diusia seperti itu, sungguh-lah berat. Tubuhnya sering ringkih dan sakit-sakitan, hal ini
terus dideritanya hingga masa persalinan. Sampai akhirnya ia harus menjalani
operasi 'caesar'.
Kini menjelang usia 50 tahun, Lastri boleh
tersenyum bahagia. Sempurnalah kini hidupnya, Allah telah memberikannya suami
yang baik dan bertanggungjawab serta seorang putri berusia 3 tahun yang cantik
dan menggemaskan.
Sahabat, kisah ini menunjukan kepada qt, bahwa
tidak ada yang mustahil dimata Allah, dimana:
1. 19 tahun menjanda dan sendiri, bukanlah waktu
yang sebentar.
2. 14 tahun perbedaan usia, dimana perempuan yang
lebih tua dari suami, juga bukan sebuah hal yang mudah.
3. Di usia 46 tahun mengandung, melahirkan dan
mengurus bayi untuk pertama kali, sungguh memerlukan kekuatan tubuh dan
kesabaran.
Kisah ini adalah kejadian nyata yang sengaja q
tuangkan, sebagai hikmah mujahadah untuk qt semua. Foto yang bersama tulisan
ini adalah putri Lastri, Assalma Nurussubhi.
"... dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman
serta mengerjakan amal yang saleh
dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya."
(Asy-Syura: 26)
serta mengerjakan amal yang saleh
dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya."
(Asy-Syura: 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar