Setelah berwudhu’, Tong lalu bertukar pakaian kerjanya dengan pakaian Taqwa (Kupluk, Koko dan Sarung). Dengan perlahan penuh keyakinan ia memasuki ruangan masjid.
Ternyata ruangan masjid lengang, tidak tampak orang yang shalat atau ber-i’tikaf. Melihat keadaan itu, batinnya berkata, ”Kalau begitu, oe shalat didekat mimbar saja didepan, agar lebih khusyu’.”
Baru saja Tong mengangkat kedua tangannya tanda bertakbir, pundak kanannya ditepuk seseorang. Saat ia hendak membaca Du’a Iftitah, ada lagi yang menepuk pundak kanannya. Teringatlah ia akan ucapan Ustadznya, ”Bila ada yang menepuk pundak kananmu saat sedang menunaikan shalat, artinya orang itu mempercayakanmu menjadi imam shalatnya”.
”Aduh bagaimana ini, oe belum hafal Surat selain Al-Fatihah”, bisik hati Tong. ”Tapi kalau oe mundur, oe malu nantinya... Ah teruskan sajalah.”
Surat Al-Fatihah berhasil ia lalui, kini tiba membaca Surat lainnya. Tong melihat ke langit-langit masjid, mengharapkan sebuah mu’jizat. Lama ia diam, ma’mum mulai gelisah.
”A...al... (tiba-tiba matanya melihat seekor cicak). Alaaa... cica’ liwaaa...
Kontan ma’mum terkejut lalu menggeleng-gelengkan kepala. Mereka bubar dan akhirnya shalat sendiri-sendiri.
Akan halnya Tong, ia mundur kebelakang dekat pintu keluar masjid, dan mengulang shalatnya lagi.
WALLAAHU TA'AALAA A'LAM BISH SHAWAAB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar