Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Selasa, 10 Januari 2012

SHALAT SHADAQAH

Malam itu, udara terasa lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Padahal langit cerah berbintang, walau bulan tiada menampakan wajahnya. Tiba-tiba terdengar dering telepon... "Umi diminta segera ketempat ibu Halimah, secepatnya." kata salah seorang saudara. Bergegas q ganti pakaian dan berangkat, ditemani Jafar dan Hafidz, kami menuju rumah ibu Halimah.



Setiba dirumah ibu Halimah, sudah berkumpul beberapa orang disana. "Mungkin sanak keluarga beliau," terka q didalam hati. Hafsah, salah seorang putri beliau, menyambut kami dengan isak tangis, "Umi, mama... mama, umi," katanya terbata-bata. "Sabar ya... berdoa, jangan menangis terus," kata q menghibur.

Kami lalu masuk kedalam kamar, q lihat ibu Halimah terlihat sedang tidur. Disisi tempat tidur, duduk 2 putrinya yang lain, Afifah dan Ruqoyah. Sedang suami beliau, Atman dan Rizqi, putra bungsunya, duduk bersama saudara lainnya diruang tamu.

Ibu Halimah sudah satu bulan memang menderita sakit radang empedu, beliau sempat dirawat dua minggu di rumah sakit, namun karena keterbatasan biaya, akhirnya beliau dirawat dirumah. "Kini, keadaannya semakin memburuk, sudah tidak mau makan," kata Hafsah menjelaskan. 
"Yang membuat semakin parah, mama sering ketakutan, umi," tambah Afifah.
"Iya mi, seperti melihat sesuatu yang menakutkan gitu," Ruqoyah melengkapi.
"Makanya Hafsah menelpon umi, mama ingin ketemu umi," jelas Hafsah lagi.
"Umi ndak bisa apa-apa Hafsah, Allah-lah Maha Penyembuh dan Maha Tahu, qt berdoa sama-sama saja ya," kata q menenangkan mereka.

Tiba-tiba ibu Halimah terbangun dan benar, beliau terlihat begitu ketakutan. Q lalu mendekati dan mencoba menenangkan dirinya, q baca doa-doa yang q tahu sebisa q. Lalu Ibu Halimah berbisik kepadaq, "Umi, mengapa orang-orang itu melihatku begitu sinis dan seperti marah padaku?"
"Siapa mereka itu, ibu?" Tanya q.
"Tuti, Adnan, Puji, Mbok Mar dan yang lainnya. Mereka semua itukan sudah meninggal. Tetapi umi, kenapa mereka seperti itu?" ibu Halimah bertanya lagi.
"Maaf ibu, mungkin ibu pernah berbuat salah kepada mereka, dulu?" q bertanya dengan hati-hati.
"Iya mi, tapi itu sudah lama, memang aku selalu berburuk sangka kepada mereka. Aku tetap menjelek-jelekan mereka, walau mereka telah wafat. Tetapi sejak aku dinasehati umi, aku berusaha untuk berubah," jelas ibu Halimah.
"Apakah ibu sudah meminta maaf pada mereka, atau paling tidak meminta maaf pada keluarganya bila mereka sudah tiada, atau apakah ibu sudah berniat minta maaf lalu bersedekah, yang pahalanya untuk mereka?" tanya q.
'Bagaimana aku melakukan itu, badanku sendiri sudah ndak mungkin untuk bangun, apa lagi mengunjungi mereka. Juga aku sendiri ndak bisa memberi sedekah, umi tahu sendiri, uang habis untuk biaya berobat," kata ibu Halimah lagi.

"Meminta maaf, tidak perlu ibu yang harus bangun dan menemui mereka atau keluarganya, bisa ibu wakilkan lewat keluarga ibu; anak-anak atau suami. Lalu sedekah itu, tidak harus selalu berupa pemberian makanan atau barang, ibu," jelas q padanya.
"Ibu bisa sedekah dengan shalat, seperti nasehat Rasulullah saw dalam sebuah hadits;
'Tidak akan pernah menimpa seorang mayat, sesuatu yang berat, seperti beratnya malam pertama didalam kubur.  Maka kasihanilah mayat tersebut dengan shadaqah. Dan apabila tidak mampu, maka shalatlah 2 rakaat...'."
(Kitab Menguak Mutiara Terpendam, oleh Syekh Muhammad Shaddiq Al-Qahhawi, di alih bahasa oleh Al-Habib Umar  bin Mukhsin Al-Atthas)

"Kalau waktuku tidak sampai bagaimana umi, sedang aku belum sempat Shalat Shadaqah?" ibu Halimah bertanya lagi.
"Niatkan sajalah dulu, tetapi ibu ndak boleh pesimis begitu, Allah Maha memegang Ajal manusia, semasa ibu masih diberi nafas, teruslah berikhtiar untuk sembuh," kata q menyemangatinya.

Kini Ibu Halimah mulai membaik, setelah berobat alternatif dengan meminum obat tradisionil. Beliaupun telah melaksanakan Shalat Shadaqah sebagai permintaan maafnya kepada mereka yang telah beliau dzalimi.

Sahabat, kisah diatas, sungguh menyadarkan q, bahwa bila qt berusaha memaafkan orang-orang yang memiliki salah kepada qt, lalu qt istiqamah berbaik sangka (khusnudhan), sedang mereka telah wafat. Maka bila waktu qt tengah rapuh, mereka akan datang dengan senyum dan mendoakan qt juga. Memang benar tubuh mereka telah hancur oleh tanah, namun ruh mereka tetap hidup.

  
Kepunyaan Allah-lah segala 
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. 
Dan jika kamu melahirkan 
apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, 
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu 
tentang perbuatanmu itu. 
Maka Allah 
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya 
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; 
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Al-Baqarah [2]: 284)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar