"Mi... sepertinya ujian Allah untuk ku nda' habis-habis ya", katanya pada q, memulai percakapan.
Q hanya membalasnya dengan senyum.
"Kemarin dulu, rumah ku nyaris kebanjiran, air sudah masuk rumah setinggi 30 cm. Lalu kemarin, mesin air ngadat, kompor gas juga. Sorenya, komputer ku begitu juga. Nah tadi, keran air rusak, sebelum sampai kesini ban motor ku bocor, waduh... rasanya aku ini dibuat stres, tiga hari ini, mi", kisahnya.
"Lalu bagaimana sekarang? Bisa mas lalui semuanya nda'?", tanya q.
"Alhamdulillah mi, semuanya sudah bisa diatasi. Cuman, rasanya Allah itu tidak adil... rasanya aku ini yang paling menderita, mi", keluhnya.
"Koq mas bisa berpikir begitu?", tanya q.
"Iyalah mi, coba umi perhatikan, hampir semua perintah Allah aku berusaha jalankan, hampir segala laranganNya aku jauhi... apalagi?!", jelasnya.
"Mas... setiap manusia diciptakan Allah dimuka bumi ini, tidak ada yang lepas dari ujianNya. Sejak lahir hingga menutup mata, qt ini senantiasa di ujiNya. Ujian itu jangan mas pikir, hanya berupa kesusahan, kegagalan, kesedihan, kekecewaan, sakit hati atau musibah saja", papar q mencoba menanggapi 'curhat'nya.
"Saat qt senang, gembira ataupun bahagia, ketika itu qt juga sedang di uji oleh Allah."
"Ujian Allah itu seumpama, ketika qt tengah sekolah. Ujian itu diberikan Allah sesuai takaran diri masing-masing. Q kebagian ujian mata pelajaran Sejarah, mas mungkin diberi ujian Matematika, yang lain Biologi, Fisika dan lain-lain. Selesai ujian ini bisa dilalui, maka Allah telah siap dengan ujianNya yang lainnya lagi", tambah q. "Mas tadi bertanya, sampai kapan ujian ini berakhir... ya sampai waktu qt selesai."
"Mas, jangan terlalu mengasihani diri. Mas, saat ini masih tidur nyenyak diatas kasur empuk, dibawah lindungan sebuah atap rumah, masih bisa makan dengan lauk pauknya dan masih diselimuti kasih sayang anak dan istri.
Diluar sana, sungguh banyak mereka yang tidur beralaskan tanah, beratapkan langit, tidak tahu masih bisa makan atau tidak esok hari dan sebatang kara", lanjut q. "Cobalah untuk senantiasa bersyukur didalam setiap keadaan, mas."
"Mas, sebenarnya Allah yang tidak adil, atau mas yang egois? Manusia itu maunya pasti yang enak, ringan, gratis dan senantiasa bahagia. Saat itu ia mungkin bersyukur kepada Allah, mungkin juga lupa (karena menurutnya, segalanya ada berkat usahanya). Namun ketika ia terpuruk, mulailah ia meracau, menggerutu bahkan su'udhan pada Allah. Astaghfirullaahal adziim", urai q. "Saat qt berprasangka buruk padaNya, Ia tetap melimpahkan kasih sayangNya melalui RahmatNya. Lihatlah tubuh mas, sehatkan. Mas masih bernafaskan. Mas, masih merasakan angin sejuk bertiup. Teduhnya udara, segarnya embun pagi dan hujan harapan, juga. Itulah sebagian kecil dari RahmatNya, mas."
"Mas, manusia yang egois adalah mereka yang selalu memaksa Allah menuruti setiap harapan dan keinginannya. ALLAH HARUS MELULUSKAN APA YANG AKU MINTA. Walau diakhir setiap doa qt berucap, 'kehendakMulah yang jadi’. Pada kenyataannya qt kecewa bila harapan itu tidak terwujud", masih kata q. "Sebenarnya salah bila mas mengatakan, 'sebenarnya apa sih yang Allah inginkan dari aku'. Yang benar adalah 'apa sih yang aku mau dari Allah'."
Salam Muhasabah… sahabat q.
“Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya (penting dunia dari ibadah), sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu).”
(Ar-Ruum [30]: 33-34)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rizqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rizqi itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.”
(Ar-Ruum [30]: 37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar