Saat q
dan rekan-rekan padepokan tiba di stasiun kereta api Beos, Kota ,
Jakarta , subuh
itu; tubuh q mendadak limbung dan nyaris pingsan. Mungkin karena lelah, setelah
pulang dari berziarah ke Luar Batang, Pasar Ikan, Jakarta Utara.
Rekan-rekan
q langsung memapah q dan mendudukan q dibangku disebuah warung dekat stasiun.
Kala q
didudukan dibangku, disebelah q duduk sepasang insan yang tengah memadu kasih. ”Agak
aneh sebenarnya, subuh begini sudah bermesraan didepan umum”, cetus batin q.
Namun segera q tepis pikiran menilai urusan orang lain, apalagi dengan badan
yang tengah lemas begini.
”Permisi mas-mba’,
numpang duduk ya”, kata q kepada keduanya.
”Silahkan,
silahkan bu”, balas lelaki yang q panggil mas, seraya menggeser duduk memberi
tempat untuk q.
Tengah rekan-rekan
q yang tengah mencari minuman atau makanan untuk q, datanglah segelas susu
putih hangat dan sebungkus roti yang dibawa pemilik warung kepada kedua insan
tadi. Tiba-tiba si lelaki menyodorkan susu hangat itu kepada q, disusul wanita
temannya memberikan rotinya juga, sambil berkata, ”Ini untuk ibu, minum dan
makanlah, agar tubuh ibu dapat kembali kuat”.
”Jangan
mas-mba’, inikan pesanan kalian, biar nanti q pesan sendiri”, kata q menolak.
”Nda’
apa-apa bu, kami sudah memesan lagi dan kami masih bisa menunggu, sementara ibu
kelihatannya yang lebih memerlukan”, jawab si lelaki ramah.
Dengan
dibantu rekan-rekan q, q menikmati pemberian tulus kedua insan tadi sambil
berbisik dalam hati, ”Subhanallaah, ampuni q Ya Allah, yang telah su’udhan
kepada kedua insan yang baik hati ini. Ternyata mereka berdua sungguh berhati
dermawan”.
Kami lalu
terlibat percakapan. Ternyata mereka berdua bukanlah sepasang kekasih, si
lelaki adalah pria pencari cinta dan si wanita adalah sang penjaja cinta.
Masya
Allaah.
Saat q
telah kembali kuat, kamipun memohon diri dan untuk kesekian kalinya mengucapkan
terimakasih kepada kedua insan itu. Kami lalu menuju loket untuk membeli karcis
kereta jurusan Bogor .
Satu lagi
pelajaran yang q dapat pagi itu. Soal perbuatan dosa mereka biarlah itu urusan
mereka dengan Allah, yang pasti mereka telah berbuat suatu perbuatan mulia yang
penuh dengan keikhlasan yang tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar