Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Kamis, 06 Oktober 2011

DZOLIM UNTUK BAHAGIA

Sahabat, masih ingatkah kalian tentang tulisan-ku yang berjudul ANTARA YANG TUA DAN YANG MUDA? Dimana seorang laki-laki paruh baya yang mengemudikan sebuah motor menyerempet motor seorang pemuda, namun pria paruh baya itu yang jatuh tertiban motornya sendiri. Setelah menyerempet dan jatuh justru ia marah-marah pada pemuda yang diserempetnya.

Sungguh lelucon yang sangat miris;
1. Sudah menyerempet
2. Justru ia yang jatuh
3. Tetapi malah marah-marah dan meninju pemuda yang diserempetnya.

Kisah berikut ini boleh dikatakan setali tiga uang dengan cerita diatas.

Saudara laki-laki ku yang bernama Hafidz suatu ketika menolong temannya untuk diterima bekerja disebuah perusahaan. Setelah temannya ini diterima bekerja, Hafidz dijanjikannya akan diberikan uang lelah sekedarnya. Sebenarnya Hafidz tidak meminta, tetapi karena dijanjikan, jadinyalah ia berharap.

Tunggu punya tunggu ternyata janji tinggal janji, ketika bertemu secara berseloroh Hafidz menanyakan, dan ada saja alasan yang dikatakan temannya. Intinya janji itu bualan semata. Dua bulan sudah temannya bekerja, suatu kali ia hendak memasukkan temannya dengan meminta bantuan Hafidz.

Akibat peristiwa janji yang ingkar, Hafidz menjadi malas menolong temannya lagi. Kembali sambil berseloroh ia berkata pada temannya, ”Penuhi dulu janji mu yang dulu.”
Temannya membalas, ”Ya ampun, Abang masih ingat saja.”

Sahabat, teman Hafidz ini mungkin menganggap sepele peristiwa itu, tetapi inilah salah satu perbuatan dosa yang bisa berakibat fatal. Mengapa? Ia telah melakukan kesalahan atas tiga perkara;
1. Memberikan janji, membuat orang jadi berharap.
2. Mengingkarinya, padahal ia sebenarnya mampu untuk menepatinya.
3. Melupakan janji, menganggap hal tentang janji itu sepele.

Keterkaitan dengan kisah diatas adalah, walau dengan obyek dan subyek berbeda namun porsinya sama. Sama-sama telah berbuat dzolim kepada orang lain yang notabene tidak bersalah dan menganggap perbuatan itu benar menurut pandangan para pelakunya.
Kisah diatas sering juga muncul ditengah-tengah kita dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dengan versi yang berbeda.

Semoga kita bisa lebih arif dan bijaksana dalam bersikap dan berperilaku. Marilah kita saling memperbaiki diri, atau introspeksi diri dengan bercermin disetiap peristiwa yang terjadi. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang lalim dan dzolim atas perkara yang sebenarnya kita yang bersalah. Mawas diri dan teruslah bermuhasabah, sehingga kita terhindar dari perkataan, ”Ia seorang yang lalim, mendzolimi orang untuk kebahagiaannya sendiri.”

Na’udzubillah tsuma na’udzubillah.


... dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, ... Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 177)

… maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri ... (Al-Fath: 10) 

… mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). (At-Taubah: 8)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar