Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Senin, 22 April 2013

JUJUR YANG BODOH

Malam itu, saat q hendak pulang, aku mampir ke Kios Pulsa, untuk mengisi pulsa ‘ponsel’ (telepon selular) q.
Pulsa yang q beli seharga Rp. 6.000,-, q memberi uang Rp. 10.000,-.
Lelaki penjual pulsa lalu bertanya, ”Ada uang Rp. 2.000,-, bu?
”Ada”, kata q sambil menyodor uang tersebut.
Lalu lelaki tadi memberi q kembalian uang Rp. 6.000,-.
Q ucapkan terimakasih lalu meninggalkan Kios Pulsa.

Belum jauh meninggalkan Kios, q memikirkan uang kembalian tadi, ”Koq dikembalikan Rp. 6.000,-, kan tadi q kasih Rp. 10.000,-”. (Saat itu q masih bingung, maklum matematika q ketika sekolah dulu, nilainya jebot melulu).
”Wah, si abang salah ngitung nih...”, batin q berkata. ”Kembalikan, jangan ya? Ah, nda’ usah ah. Salahnya sendiri sudah salah menghitung.”
Q kembali meneruskan perjalanan q, sambil masih berpikir uang tersebut.

”Tapi berarti q, makan uang haram dong... Ah, kembalikan saja”, batin q berkata lagi, sambil kaki q berputar arah, melangkah kembali ke kios tadi.
”Bang, ini saya kembalikan Rp. 2.000,-, tadi kayaknya abang salah hitung”, kata q kepada lelaki penjual pulsa tadi.
Tanpa menunggu, komentar sang penjual, q langsung meninggalkan kios.
Kalau tadi hati q rasanya seakan diganjal batu besar, kini hati q lega, karena telah berbuat benar. Begitulah rasa yang sementara itu q rasakan.

Setiba dirumah, pengalaman barusan q ceritakan kepada suami q, dengan rasa penuh syukur.
Selesai mendengar kisah q, suami q mendadak tertawa.
Q menjadi heran, lalu bertanya, ”Koq Abi malah tertawa sih?”.
”Umi... umi, si penjual pulsa yang benar. Umi malah yang rugi”, kata suami q.
”Maksudnya bagaimana abi, q nda’ ngerti?”, tanya q dengan kernyit didahi.
” Harga pulsanya Rp. 6.000,- kan, umi ngasih Rp. 10.000,-, lalu si penjual meminta Rp. 2.000,- dan mengembalikan Rp. 6.000,-. Jadi umi sudah memberi dia Rp 12.000,-, dan dia mengembalikan Rp. 6.000,-” , jelas suami q.Jadi dia nda’ salah hitung, umi yang salah mengerti.”
”Masya Allah, bodohnya q ini”, kata q sambil tersenyum. Senyum kejujuran yang bodoh.
-nfm-

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.”
(Muhammad [47]: 21)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar