Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Rabu, 02 Oktober 2013

YANG MANA DIDAHULUKAN ALLAH

Suatu saat, ketika Abu Nawas tengah bersama seorang santrinya, datanglah tiga orang lelaki dan mengajukan pertanyaan.
“Manakah yang lebih dahulu di ampuni Allah menurutmu Abu Nawas; orang berdosa besar atau orang berdosa kecil?” tanya si A.
“Orang berdosa kecil”, jawab Abu Nawas.
“Mengapa begitu”, tanya A.
“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah”, ujar Abu Nawas, ringan.
Si A lalu manggut-manggut setuju dengan jawaban Abu Nawas.

Giliran si B maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama denga si A.
“Orang yang tidak mengerjakan keduanya...”, jawab Abu Nawas.
“Mengapa demikian?” tanya si B.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentunya pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi”, jawab Abu Nawas santai.
Si B pun ikut manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas.

Terakhir si C, dengan pertanyaan yang juga 100% sama.
“Orang berdosa besar”, ujar Abu Nawas.
“Mengapa bisa begitu?”, tanya si C.
“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya”, jawab Abu Nawas tenang.
Si C juga manggut-manggut, mengikuti kedua temannya.

Mereka bertiga lalu pamit.
Setelah ketiga tamu tadi berlalu, santri yang sedari tadi mendengarkan, angkat bicara, “Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda?”
Abu Nawas tersenyum dan berkata, “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan; tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati”.

“Apakah arti tiga tingkatan tersebut?” tanya sang santri.
“Ibarat melihat sebuah bintang di langit”, Abu Nawas menjelaskan.
1. ”Bila dilihat oleh seorang anak kecil, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak diMATAnya.
2. Saat dilihat oleh seorang pandai, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan (OTAK).
3. Sedangkan bila dilihat oleh seorang yang cerdas (Pandai dan Paham), ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil, sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT”.
-*-

Shahabat,
Dari kisah ini, hikmah yang boleh dipetik adalah, masing-masing qt dalam memberi pandangan akan sesuatu tentunya sesuai kapasitas yang dimiliki. Seiring waktu berjalan dengan pertambahan; usia, pengalaman, kepandaian dan kecerdasan; bisa jadi pandangan semula menjadi berubah.


WALLAHU TA’AALAA A’LAM BISH SHAWAAB




Tidak ada komentar:

Posting Komentar