Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Selasa, 22 November 2011

CINTA SEORANG SUAMI

Bila diwaktu lalu aku menampilkan kisah PENGABDIAN SEORANG ISTRI, kini aku ingin membagikan kisah tentang cinta dan kesabaran seorang suami kepada istrinya. Semoga bisa menambah kemuhasabahan kita semua.
Dadang, sebutlah demikian, bekerja sebagai pegawai negeri di sebuah Kantor Pos kecil di sebuah desa yang masuk kawasan Majalengka, Jawa Barat. Walau usianya menjelang senja, 58 tahun, namun ia tetap setia mengantarkan surat-surat kepada warga didesa tersebut.

Dadang dan Maimunah istrinya telah mengarungi bahtera rumah tangga selama 32 tahun. Mereka dikaruniai 4 orang anak, Amrizal, Syaifullah, Hasan dan Amir, yang kini sudah memiliki kehidupan masing-masing. Kehidupan pasutri ini, bila dilihat oleh orang luar, sepertinya biasa2 saja, tidak ada keistimewaan didalamnya. Namun justru inilah kisahnya.

Cerita ini bermula ketika Maimunah melahirkan putranya yang keempat, beberapa bulan kemudian, ia mengalami kelumpuhan yang bermula dari kaki, perlahan-lahan hingga sampai ke lidahnya. Sejak saat itulah, praktis Maimunah tidak lagi bisa berperan aktif sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Kelumpuhan itu juga telah merenggut segala harapan indah pasutri tersebut.

Jadilah Dadang yang mengambil seluruh peran Maimunah, ia harus mengurus dirinya sendiri, anak-anaknya dan juga istrinya.

Setelah menunaikan shalat Subuh, Dadang menyiapkan sarapan untuk ke empat putranya, memberi mereka bekal untuk sekolah dan mengantarkan sibungsu ke sekolah. Setelah selesai dengan anak-anaknya barulah ia merawat Maimunah. Dari memandikan, membersihkan kotoran, menyuapkan, hingga menggendong Maimunah kedepan televisi, supaya isterinya tidak merasa kesunyian. Barulah ia berangkat kerja.

Walau Maimunah kini bisu, tetapi Dadang selalu melihat isterinya tersenyum. Inilah yang membuat Dadang justru semakin cinta dan sayang kepada istrinya.

Bila waktu makan siang tiba, Dadang pulang untuk memberi makan dan melihat keadaan Maimunah, maklum Kantor Pos letaknya tidak begitu jauh dari rumah mereka. Lalu sore harinya setelah ia pulang, kembali ia memandikan isterinya, membersihkan kotoran dan menggantikan pakaian. Dan selepas shalat Maghrib, barulah ia menemani Maimunah menonton televisi, sambil bercerita apa saja yang di alaminya seharian.

Kegiatan diatas tak terasa telah dilakukan Dadang hampir 25 tahun. Hingga suatu waktu ke empat putranya datang menyampaikan maksud hati mereka. Diawali oleh Amrizal, si sulung, yang berkata penuh hati-hati, ”Pak, izinkan kami merawat ibu. Sejak kami masih kecil, bapak setia merawat ibu tanpa mengeluh, bahkan bapak tidak mengizinkan kami menjaga ibu. Bapak hanya menugaskan kami belajar, sekolah dan mengaji. Kini kami sudah dewasa, dan sanggup merawat ibu, maka izinkanlah kami, ya pak?”

Putra yang kedua, Syaifullah ikut menambahkan, katanya “Sudah empat kali kami mengizinkan bapak untuk menikah lagi, dan kami rasa, ibupun pasti akan mengizinkannya. Beliau pasti senang bila melihat bapak bisa menikmati hari tua bapak juga. Cukuplah sudah pengorbanan bapak selama ini. Biarlah sekarang kami yang merawat ibu. Tidak tega rasanya melihat bapak terus-terusan seperti ini. Kami berjanji akan merawat ibu dengan sebaik-baiknya secara bergantian.”

Sambil menghela nafas, Dadang melihat kepada ke empat putranya, lalu tersenyum. Ia berkata, ”Anak-anakku, jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu semata, pastilah bapak sudah menikah lagi. Tetapi ketahuilah oleh kalian, ibumu telah lebih dari cukup untuk bapak.”

Sambil mendekati dan merangkul Maimunah, ia menambahkan lagi, ”Ibumu inilah yang telah berjuang bertarung nyawa ketika melahirkan kalian putra-putraku yang gagah.”

Sejenak kerongkongannya tercekat. ”Kalianlah buah cinta kasih kami yang diberikan Allah kepada kami berdua.”

”Sekarang bila kalian bertanya pada ibumu, apakah ia mau seperti ini? Pastilah dijawabnya tidak, karena tidak seorangpun mau diberi musibah, apalagi seperti sakit ibumu ini”, lanjut Dadang.

“Terimakasih atas perhatian kalian untuk kebahagiaan bapak. Akantetapi apakah dengan menikah lagi batin bapak akan bahagia bila meninggalkan ibumu dalam keadaan seperti sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Allah kesehatan yang cukup baik ini dirawat oleh orang lain, nah, bagaimana dengan ibumu yang justru sedang sakit?’, ucap Dadang sembari mencium kening Maimunah.

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Dadang. Merekapun melihat butiran-butiran air mata jatuh dari pelupuk mata ibu mereka. Dengan haru, Maimunah menatap mata suami yang sangat dicintainya itu.

Sampailah suatu waktu Dadang diundang ke acara Bimbingan Rohani yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun radio terkenal di Majalengka. Pembawa acara lalu bertanya, ”Apa kiat bapak, hingga mampu bertahan selama 25 tahun merawat isteri yang lumpuh?”

Seketika itu juga Dadang tiba-tiba menangis. Para pendengar setia Radio-pun ikut terharu. Lalu Dadang berkata dibalik isaknya, ”Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta, tetapi ia tidak mencintainya karena Allah maka niscaya semuanya akan luntur.”

Dadang meneruskan, ”Saya telah memilih Maimunah menjadi isteri saya, mendampingi hidup saya hingga saat ini. Ketika ia sehat, ia telah sabar merawat dan mencintai saya dengan sepenuh hati, lahir dan batin, bukan hanya yang terlihat saja. Ia juga telah memberikan saya 4 orang putra, yang gagah dan tampan.”

”Kini ia sakit, dan itu merupakan ujian bagi saya. Dalam keadaan ia sehat, belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi kini sedang sakit. Setiap malam saya bersujud, menangis dan mengadu kepada Allah memintakan keringanan atas penderitaan isteri saya. Dan saya yakin hanya kepada Allah-lah tempat saya mengadu segala kesusahan dan rahasia saya, karena Allah Maha Mendengar”, ucap Dadang mengakhiri kisahnya, yang disambut tepuk tangan para ’crew’ stasiun radio tersebut.



“... kebajikan itu ialah... 
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan... 
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); 
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” 
(Al-Baqarah [2]: 177)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar