Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Kamis, 28 Maret 2013

MEMENTINGKAN ORANG LAIN HINGGA AJAL

Sahabat,
Pada masa sekarang, kebanyakan diantara qt, lebih mementingkan kepentingan diri lebih dahulu, dari kepentingan orang lain.
Contohnya:
1. Saat di jalan raya, ketika lampu merah sudah menyala, masih ada saja yang menyerobot, melanggar lampu merah.
2. Saat mengantri, entah itu mengantri untuk membayar, atau mengantri untuk berobat, atau mengantri untuk mendapatkan sesuatu. Masih ada saja yang menyerobot, minta didahulukan tanpa alasan kuat.
3. Saat terjadi bencana, entah itu bencana alam, atau bencana kerusuhan/perang. Ketika semua warga dalam keadaan yang sama, yaitu kelaparan, kedinginan dan tidak ada tempat berteduh, masih ada saja mereka yang melihat status dan jabatan. Maksudnya, ingin dilayani sesuai status dan jabatannya.
4. Saat pesawat akan tinggal landas, awak pesawat telah memperingatkan agar mematikan ’handphone’, karena dapat mengganggu sinyal penerbangan. Masih ada saja, yang malah asyik ’menelpon’, saat pesawat naik terbang.
5. Sudah tertulis, ”Kawasan Tanpa Asap Rokok”. Masih ada saja, yang justru merokok dibawah papan pengumuman tersebut.

Sebenarnya, masih banyak contoh lain yang menunjukkan betapa egoisnya manusia saat ini.

Kisah berikut ini, semoga dapat menyadarkan qt, untuk lebih mementingkan orang lain dari diri sendiri.

Saat itu Perang Yarmuk terjadi, yaitu perang antara kaum Muslim dan Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 636 M, empat tahun setelah Nabi Muhammad saw. wafat (632 M). Perang ini terjadi di masa Ke-khalifah-an Umar bin Khaththab ra. Pasukan Muslim dipimpin oleh seorang Panglima Perang yang masyur, Khalid bin Walid ra.

Diantara para syuhada yang gugur di medan perang, ada tiga orang sahabat Rasulullah yang sungguh mulia akhlaknya. Mereka adalah, Harits bin Hisyam ra., Ikrimah bin Abu Jahal ra. dan Suhail bin Amar ra.

Harits yang lebih muda dari ketiganya, terluka parah diperutnya, ususnya terburai keluar, akibat sabetan pedang musuh. Ia merasa kehausan yang amat sangat.
”Air, air, air!”, teriaknya memelas.
Tak lama kemudian datanglah seorang membawakan bejana air untuk Harits.

Saat mulut bejana disodorkan ke bibir Harits, ia menengokkan kepalanya kearah kanan, dilihatnya Ikrimah, teman seperjuangannya yang lebih tua sedikit darinya, tengah mengerang kesakitan, akibat tusukan pedang yang menghujam tubuhnya.
Harits lalu menolak bejana air itu sambil berkata, “Berikanlah dulu kepada Ikrimah, sepertinya ia lebih memerlukan daripada saya.

Sang pembawa bejana lalu menghampiri Ikrimah yang tengah mengerang kesakitan. Sejarah mencatat, Ikrimah dihujani 70 luka akibat tikaman pedang, tombak dan anak panah.

Ketika mulut bejana hampir tiba di kedua bibirnya, Ikrimah menolehkan kepalanya kearah kanan. Disana ia melihat Suhail, yang lebih tua jauh dari dirinya dan Harits, tengah sekarat, akibat sabetan pedang musuh yang hampir memutuskan lehernya.
Seperti Harits, Ikrimah juga menolak bejana air tersebut sambil berkata, “Berikanlah dulu pada Suhail, kelihatannya ia lebih memerlukan air ini daripada aku”.

Sahabat pembawa bejana, bergegas menghampiri Suhail. Saat ia menyodorkan bejana tersebut kemulut Suhail, sambil menahan sakit yang luar biasa, Suhail berkata, “Berikan saja air ini kepada Harits, aku ini sudah tua, biarlah Harits yang masih muda meneruskan perjuangan ini”.

Kembali sang pembawa bejana tadi, berlari menuju Harits. Namun saat ia tiba disisi Harits, ternyata Harits sudah tak bernyawa.
Sahabat itu terguguk sedih, segera ia berlari kembali menghampiri Ikrimah, untuk memberikannya air minum. Namun, ketika ia tiba disisi Ikrimah, ternyata Ikrimah juga telah wafat.
Sahabat tadi lalu berlari lagi menghampiri Suhail, dan Suhail pun telah syahid.
Maka pecahlah tangis duka sahabat pembawa bejana tadi. Dengan lirih ia berucap, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un”.

Sahabat,
Sungguh mulia akhlak ketiga syuhada dalam kisah diatas. Walau maut telah menghampiri mereka, tetapi mereka tetap mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.

SUBHAANA RABBIYAL A’ZHIIMI WABIHAMDIHI

Disadur dan di edit dari 30 Kisah Teladan karangan KH. Abdurrahman Arroisi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar