Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Selasa, 07 Februari 2017

ANTARA RASA, IMAN DAN KEYAQINAN

Shahabat,
Sebelum masuk kepada kisah dan pembahasannya, ada baiknya qt mengetahui dahulu, apa itu definisi dari Rasa, Iman dan Keyaqinan.

1. RASA


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian Rasa, adalah;
"Tanggapan terhadap rangsangan syaraf."

Sementara, di Padepokan Metamorfosa Ilham Taqwa – Insan Kamil (PMITIK), pengertian Rasa, secara singkatnya adalah;
"Sebuah bagian abstrak yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada semua mahluk ciptaanNya. "

RASA, tidak hanya dimiliki kalangan manusia, tetapi juga binatang, tumbuhan, komponen alam (tanah, air, api dan udara), bahkan para Ghaib.


2. IMAN

Menurut KBBI, pengertian Iman, adalah;
"Keyakinan; Ketetapan Hati; Keteguhan Hati"

Sementara di PMITIK, pengertian Iman, secara singkatnya adalah;
"Bersatunya rasa yang timbul seiring dengan ilmu dan pengetahuan (taufiq dan hidayat) yang telah terobservasi dalam pengalaman kehidupan setiap manusia terhadap Sang Khaliq."

Setiap manusia yang telah baliq dan sadar pasti memiliki IMAN kepada adanya penguasa jagat raya ini. Iman bukan Keyaqinan, Iman bukan juga Agama.


3. KEYAQINAN

Menurut KBBI, pengertian Keyaqinan, adalah;
"Kepastian; Ketentuan"

Sedangkan di PMITIK, pengertian Keyaqinan, secara singkatnya, adalah;
"Pilihan seorang manusia berdasarkan rasa dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya." 

Disini, ia memiliki hak untuk menentukan agama yang menurutnya pantas untuk memperluas keimanannya kepada Sang Khaliq.
-*-


Shahabat,
Pernah dengar ada seorang Kyai yang Haji, yang kini menjadi Pendeta? Untuk sepenggal kisah ini, baiklah q beri nama beliau, Pak Murtad.

Menurut informasi yang q dapat, Pak Murtad memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, ia seorang sarjana Agama Islam(S.Ag). Ia juga termasuk orang yang berpengaruh dilingkungannya.

Selain dianggap Kyai, ia juga telah menunaikan Rukun Haji hingga 3 kali. Pekerjaannya adalah seorang Ustadz disebuah pesantren ternama di Jawa Tengah. Ia juga merupakan pengurus di pesantren dimana ia mengajar.

Masalah Pak Murtad berganti keyaqinan, sepenuhnya adalah haknya. Yang menjadi ironi adalah, alasannya menjadi Nasrani, yaitu, karena ia “sakit hati” pada pesantren tersebut.
-*-


Shahabat,
Peristiwa diatas, boleh jadi membuat qt menggeleng-gelengkan kepala, atau marah, bahkan ingin memaki-maki Pak Murtad. Tapi itulah kenyataannya, kini Pak Murtad giat berkhotbah kemana-mana. Ia kini telah menjadi “penjala orang”.

Komentar Guru q,
“Mungkin kalian berpikir bahwa Pak Murtad lemah imannya. Jangan salah, ia justru kaya iman. Kini ia telah merasakan 2 keyaqinan, yaitu Islam dan Nasrani. Selain itu, kini ia juga sudah pandai membanding-bandingkan.
Dalam misinya menjadi penjala orang, tentunya ia harus pandai menyampaikan dakwahnya melalui pembandingan tersebut.
Pada dasarnya, bukan aku menyayangkan keputusannya menjadi Nasrani, tetapi yang aku sesali adalah latarbelakangnya dalam memutuskan pilihan”.

-*-


Shahabat,
SAKIT HATI, adalah ungkapan rasa, yang telah sangat mempengaruhi Pak Murtad. Hingga ia menganggap di Nasranilah tempat yang tepat untuk memperdalam keimanannya kepada Allah Azza wa Jalla.

Jadi, walau begitu gempitanya qt menanamkan pandangan kepada orang terdekat qt, baik itu anak, istri/suami, bahkan karib sekalipun, tetaplah rasa yang akhirnya akan menentukan.

Maka oleh karena itu, beberapa orang kemudian menentukan keyaqinan berbeda, saat ia diliputi rasa:
1. Cinta berlebihan pada pasangannya.
2. Sakit Hati teramat dalam.
3. Keadaan ekonomi yang menerpanya.
4. Tertekan dari lingkungan dimana ia berada.
5. Faktor-faktor pendukung lainnya.
-*-


Shahabat,
Sejatinya RASA adalah penyebab utama seseorang memutuskan KEYAQINAN yang menurutnya nyaman dalam memperdalam keIMANannya kepada Allah Azza Wa Jalla.


SUBHANALLAAHUL ADZIIMI WA BI HAMDIH


--***-- 


Dari berbagai sumber.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar