Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Selasa, 07 Februari 2017

DOSA & PAHALA

“Ibu-ibu, sebagaimana firman Allah Subhana Wa Ta’aalaa, didalam Surat Al-Muddassir (74): 5, yang berbunyi,
‘... dan perbuatan dosa tinggalkanlah.’
Maka saya mengajak ibu-ibu di majelis ini untuk menjauhi diri dari Dosa”, demikian tausiyah yang dibawakan seorang Ustadzah dengan penuh semangat.

Tergelitik hati ini untuk bertanya, maka pada saat sesi tanya jawab, q beranikan diri untuk bertanya, “Maaf Ustadzah, apa arti dari kata Dosa?”.
“Dosa, adalah perbuatan yang melanggar Hukum dan Perintah Allah, bu”, jawab Ustazah sambil tersenyum kepada q. 

“Lalu Ustazah, tahukah Ustazah, berapa besar Dosa, yang telah Ustazah perbuat selama hidup?”, kembali q bertanya.
“Aduh, bu... rasanya tidak ada satupun manusia yang tahu berapa besar Dosa yang telah ia perbuat selama hidupnya”, sambung Ustazah masih dengan tersenyum.

“Kalau begitu, bisakah qt menjauhi diri dari Dosa, sementara qt tidak mengetahui berapa besar Dosa yang telah qt buat?”, sambung q lagi.
“Bisa bu, dengan mendekatkan diri kepada Allah dan patuh hanya padaNya”, jawab Ustadzah, kali ini sudah tidak dengan senyum, wajahnya sedikit tegang saat menjawab pertanyaan q yang terakhir.

“Maaf Ustadzah, kemarin, saya melihat, seorang pemuda tengah menolong seorang ibu tua yang hendak menyebrang jalan besar, penuh dengan kendaraan yang lalulalang. Namun ibu itu menolak, ibu tua itu merasa sanggup untuk menyebrang sendiri. Tetapi, karena rasa iba pemuda tadi, dengan sedikit memaksa ia menuntun ibu itu menyebrang. Apa yang terjadi, saat pemuda tadi menarik tangan ibu tua dan melangkah menyebrang, ibu tua itu mendadak mundur dan melepaskan tangan pemuda tadi. Secara bersamaan, dihadapan ibu tua, muncul sebuah mobil box, yang melaju cepat. Ibu tadi terserempet dan jatuh, kepalanya berdarah. Segera pemuda tadi, mencari pertolongan, ibu tua kemudian dibawa ke rumah sakit”, celoteh q, disaksikan ibu-ibu peserta majelis. “Nah yang saya ingin tahu bu Ustadzah dari peristiwa itu, bisakah qt membedakan mana Perbuatan Berdosa, dan mana Perbuatan Berpahala?”

Bu Ustadzah bangun dari duduknya dan menghampiri q, ia berbisik, “Untuk pertanyaan ini, nanti saja secara pribadi ibu tanyakan pada saya, ya bu. Jangan didepan forum seperti ini”.

Walau hati q kecewa, q akhirnya mengangguk saja.
-*-

Dari pertanyaan-pertanyaan yang q lontarkan pada Ustadzah diatas, ada 3 hal yang masih belum sepenuhnya terjawab oleh beliau, seperti:
1. “Bisa bu, dengan mendekatkan diri kepada Allah dan patuh hanya padaNya”.
Karena menurut q, sampai akhir hidup seseorang, ia pasti ada berbuat dosa, walau telah berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan patuh hanya padaNya.
2. “... nanti saja secara pribadi ibu tanyakan pada saya”.
Mengapa harus nanti dan secara pribadi? Bukankah lebih baik transparan dan pada saat ini, menurut q.
3. Jangan didepan forum seperti ini”.
Ada apa memangnya dengan cerita dan pertanyaan q? Karena menurut q, pastilah yang lainnya juga ingin tahu. Itulah gunanya ada pengajian di majelis.
-*-


Guru q akhirnya menjelaskan:

1. Tidak ada satupun dari qt yang sanggup menghitung dosa sendiri, karena Dosa & Pahala berhubungan dengan Allah Azza wa Jalla, maka hanyalah Dia yang Maha Menghitung segala Dosa & Pahala masing-masing manusia.
Manusia hanyalah tahu Salah & Benar.

Sebagaimana Atsar Ulama;
“Al Insaan Mahallul Khatha’ Wan Nisyaan”.
yang artinya, Manusia tempatnya Salah dan Lupa.

Contoh kasus kemarin, antara pemuda yang ingin menolong ibu tua yang akan menyebrang jalan yang ramai oleh kendaraan:
a. Apa yang dilakukan pemuda tersebut, pastilah mendapat Pahala, karena ketulusannya ingin menolong. Hanya caranya saja yang agak memaksa.
b. Sementara ibu tua yang akan ditolong, ia tidak berDosa dengan menolak pertolongan pemuda tadi.
c. Terjadinya kecelakaan atas diri ibu tua, karena penolakan pertolongan pemuda itu. Disini yang berSalah adalah si ibu tua.


2. Jadi menurut Guru q, sebaiknya janganlah mudah berucap, “Dosa loh, kalau nggak ... (Sholat, Puasa, Shodaqoh, dll)”. Mengapa?

Karena;
a.  belum tentu ibadah qt lebih baik dari orang itu.
b. Atau belum tentu juga, ibadah qt sudah cukup untuk menghapus dosa-dosa qt sendiri.
c. Baiklah merapihkan dahulu pakaian (ibadah) qt, sebelum menilai pakaian orang lain.


3. Dosa & Pahala, sebenarnya sangat tipis perbedaannya didalam praktek kehidupan, hal ini pernah q alami saat q pulang dari berziarah ke Luar Batang.

Saat pulang, tubuh q mendadak lemas, karena kecapean. Saat itu masih pagi benar, ketika kami sampai di Stasiun Beos. Pintu stasiun belum dibuka, akhirnya kami duduk di tangga stasiun. Di depan kami duduk sepasang pria & wanita yang sedang bermesraan, namun karena sangat lemasnya tubuh ini, jadi q tidak begitu memperhatikan keduanya.
Beberapa santri padepokan yang bersama q, segera mencari makanan dan minuman untuk meringankan kelemasan q.

Ketika menunggu mereka, tiba-tiba seorang bapak paruh baya datang menghampiri q sambil membawa segelas susu putih.
“Bu, kelihatannya ibu sakit, ini ada segelas susu, silahkan diminum, semoga bisa meringankan penyakit ibu”, begitu ucapan bapak tadi, sambil menyodorkan gelas itu pada q. Seraya mengucapkan terimakasih, q langsung meminum susu tersebut. 

Saat q akan membayar susu yang tadi q minum, bapak itu berkata, “Nda’ usah bu, tadi susu itu dibelikan oleh wanita yang tadi duduk berdua dengan seorang pria, didepan ibu & rombongan”.
“Kemana wanita itu, pak, saya harus berterimakasih atas kebaikan dan perhatiannya pada saya”, ucap q penuh haru.
“Oh, keduanya sudah pergi, bu. Sudahlah bu, wanita itu cuma seorang WTS (wanita tunasusila)”.

Disinilah apa yang tadi q bilang, bahwa Dosa & Pahala sebenarnya sangat tipis perbedaannya.

Maksudnya;
a. Wanita pemberi susu untuk q, boleh jadi apa yang dilakukannya menjadi WTS, jelas Perbuatan Dosa.
b. Namun ketulusan dan perhatiannya pada q, dengan membelikan q susu putih, adalah sebuah Perbuatan Pahala.


4. Guru q menambahkan lagi;
a. Bisa jadi dimata manusia, sesuatu perbuatan itu merupakan Perbuatan Dosa, tetapi belum tentu di mata Allah.
b. Demikian pula sebaliknya, bisa jadi dimata manusia, sesuatu perbuatan itu merupakan Perbuatan Pahala, tetapi belum tentu di mata Allah.
-*-

Shahabat,
Dari pencerahan Guru q diatas, q mulai meng-introspeksi diri, dengan:

1. Q berusaha, tidak lagi dengan mudah menilai ibadah orang lain, tetapi mencoba memperbaiki ibadah q sendiri.

2. Q berusaha, tidak lagi dengan mudah mengatakan, “Berdosa loh, kalau nggak ... (Sholat, Puasa, Shodaqoh, dll)”.

3. Karena q tidak tahu berapa besar Dosa q pada Allah Azza wa Jalla. Yang q ketahui bahwa banyak q berbuat kesalahan, maka setiap kali q berdoa, yang q pinta, “Ya Allah, ampunilah aku akan segala kesalahan yang telah aku perbuat”.
Sebagaimana firman Allah didalam Al-Qur’anul Karim, Surat Al-Baqarah (2): 58b;
“... niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu...”.

4. Sementara untuk Pahala, karena q tidak tahu berapa besar Pahala yang q peroleh dari Allah Azza wa Jalla. Maka q berusaha tidak menghitung-hitung perbuatan baik yang telah q lakukan.

a. Sebagaimana firman Allah didalam Al-Qur’anul Karim, Surat Al-Baqarah (2): 58b;
“... dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

b. Seperti nasehat menantu Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassallaam, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Kharomah Wajhah,
“Baiknya memperhatikan seberapa besar Amal yang diterima Allah Azza wa Jalla, daripada banyak berAmal. Sebab sedikit saja Amal yang disertai Taqwa”.
-*-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar