Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Selasa, 18 Februari 2014

ANTARA CINTA & BAKTI


Kisah ini terjadi pada anak asuh q, Yanti yang kini tengah hamil 6 bulan, anak ke-3.

Pria itu 10 tahun lebih tua dari ku, sebut saja namanya Dodo. Ia jatuh cinta pada ku sejak aku masih dibangku SMU. Sementara aku, sangat tidak menyukainya.

Mengetahui sikap ku yang antipati padanya, tidak membuat Dodo putus asa. Ia justru mendekati keluarga ku, khususnya Ibu dan Kakak wanita ku. Sedangkan Ayah ku sudah menikah lagi dan memilih tinggal dengan istri mudanya, karena Ibu ku tidak mau di madu.

Segala kebutuhan Ibu dan Kakak ku, Dodo berusaha memenuhinya. Hingga meminjamkan uang yang jumlahnya cukup besar.
Hal inilah yang membuat, Ibu dan Kakak semakin simpati dan menyukai Dodo.

Setahun setelah tamat SMU, saat ku tengah bekerja, ku bertemu dengan seorang pria, Shaleh namanya. Aku jatuh hati padanya. Hubungan ku semakin serius, dan kami memutuskan untuk menikah.
Niat itu aku sampaikan pada Ibu dan Kakak, tetapi mereka tidak merestui, bahkan aku dilarang untuk berhubungan dengan kekasih ku lagi. Ibu dan Kakak, justru mempersiapkan pernikahan ku dengan Dodo.

Hati ku sedih, kecewa dan takut, atas tindakan Ibu dan Kakak. Terus terang, aku ini adalah anak yang patuh dan sangat menyayangi Ibu.
Aku dikurung dirumah. Kalaupun pergi, aku selalu dikawal salah seorang keluarga ku yang diperintah mereka.

Akhirnya aku tak tahan lagi, 3 hari menjelang pernikahan ku dengan Dodo, aku kabur dari rumah. Malam itu, setelah Ibu dan Kakak telah pulas tertidur, aku meninggalkan rumah. Walau beraneka rasa dihati ini berkecamuk, aku tetap nekat pergi.

Tempat yang ku tuju adalah rumah Umi. Dengan menumpang ojek, sekitar jam 12 malam tibalah aku dirumah Umi. Oleh Umi, aku dinasehati panjang lebar. Umi menyarankan aku, untuk mencari kerabat, yang bisa menjadi jembatan antara aku dengan Ibu dan Kakak.
Nasehat Umi aku coba laksanakan, namun tidak berhasil. Umi juga berusaha berbicara dengan Ibu dan Kakak, juga tidak mempan.

Melihat usaha-usaha yang telah aku dan Umi laksanakan, tidak menunjukkan hasil, aku memutuskan untuk tidak lagi kembali ke rumah.
Sebaliknya aku justru melangsungkan pernikahan siri dengan kekasih ku. Walau rasa bahagia ini belumlah sempurna tanpa restu ibu, aku berusaha untuk tabah.

Dua bulan kemudian, saat aku berbelanja ke pasar, tak disangka-sangka aku bertemu dengan kakak ipar ku (suami Kakak ku). Saat itu aku tengah hamil anak ku pertama. Rasa rindu kepada keluarga yang terpendam sedikit terbayar, ketika kami bercakap-cakap.

Hati ku terkejut dan sedih, saat kakak ipar memberitahukan kondisi ibu ku, yang tengah sakit setelah kepergian ku. Rasa bersalah datang menghampiri ku, batin ku berbisik, "Aku harus pulang untuk menjenguk Ibu".
Segera hal itu kusampaikan pada suami ku. Walau suami sebenarnya keberatan, namun karena cintanya pada ku, ia pun mengizinkan.

Setiba dirumah, Ibu ternyata sudah mendingan, aku pun merasa lega. Namun sayang, tanpa sepengetahuan ku, Ibu dan Kakak diam-diam telah merencanakan untuk meruwat ku. Aku dilarang untuk kembali pada suami ku, dan mereka memanggil ’orang pintar’ untuk meruwat ku.

Entah apa yang mereka lalukan kepada ku, tetapi ruwatan itu membuat tubuh ku lemas. Untuk berjalan saja aku tak mampu. Ruwatan itu juga yang akhirnya merengut buah cinta ku dengan suami ku. Aku keguguran. Tidak itu saja, aku dibuat lupa kepada Shaleh.

Tiga bulan kemudian, aku dinikahkan dengan Dodo. Jujur, badan dan hati ini, kuat menolak, namun apa daya ku. Selain ingatan ku yang buntu, sekujur badan ini terasa lemas tak berdaya.

Sebulan setelah menikah, kesadaran ingatan dan kekuatan tubuh ku, perlahan-lahan pulih. Aku lalu berusaha menjelaskan kepada keluarga, kalau aku ini sudah menikah, sehingga haram hukumnya menikah lagi. Namun tidak satupun dari keluarga dan Dodo mempercayai ucapan ku.

Rasa rindu dan bersalah kepada Shaleh, membuat aku jatuh sakit. Segala usaha ku untuk bisa menemui suami ku yang ku cintai, rasanya buntu sudah. Karena setiap aku keluar rumah, pasti ada yang mengawal aku. Hp ku dipegang Kakak, dan aku dibelikan Hp dan kartu yang baru. Sering juga aku berharap agar aku mendapat musibah, agar aku mati, tetapi sepertinya Allah tidak mengizinkannya.
Akhirnya aku hanya bisa berdu’a dan pasrah atas apa yang tengah terjadi pada diriku.

Selang 2 tahun, setelah kelahiran putri ku Maryam, untuk pertama kalinya, aku di izinkan keluar rumah tanpa pengawalan. Kesempatan itu aku pakai untuk bertemu Umi.

Segala kejadian yang ku alami aku ceritakan pada Umi, tak lupa pula aku tanyakan keadaan Shaleh, suami yang kucintai.
Ternyata tanpa setahu ku, Shaleh juga berusaha menghubungi dan mencari aku, namun keluarga ku menghalang-halangi dan mengancam akan membunuh ku, agar tidak bisa dimiliki oleh siapapun. Hal itulah yang membuat Shaleh mundur dan pasrah.

Dari Umi juga, aku diberitahu bahwa setelah peristiwa itu, Shaleh memutuskan untuk bekerja sebagai supir di Saudi Arabia. Sayangnya Umi tidak memiliki nomor Hp-nya, sementara keluarganya jauh di Mojokerto, Jawa Timur. Tambahan lagi, aku tidak begitu kenal dengan teman-teman Shaleh yang lain.
Hanya du’a saja yang dapat ku panjatkan, semoga Allah menjaga dan melindungi Shaleh disana.

Kini putri ku sudah berusia 4 tahun, dan diperut ini telah hadir calon anak ku yang ke-3. Tetapi hati dan pikiran ini, tetap saja tidak dapat menerima Dodo, apalagi mencintainya.
Saat pertama ku tahu bahwa aku hamil lagi, herannya aku tidak merasa senang. Aku juga tidak memberitahu Dodo dan keluargaku tentang hal ini. Barulah setelah perut ku membesar, mereka akhirnya tahu.
Jujur, aku jalani rumahtangga ini hanya sebatas bakti ku kepada Ibu dan Kakak.

Sering aku menangis, karena rasa bersalah dan rindu ku kepada Shaleh.
Ya Allah, ampunilah segala salah dan dosa ku. Ampuni juga salah dan dosa Ibu dan Kakak ku. Lindungi Shaleh, suami yang sangat ku cintai, dimanapun dia berada. Bagi ku hanyalah dia suami dan cinta ku yang sebenarnya.
-*-

Shahabat,
Kisah diatas semoga bisa menjadi sebuah hikmah untuk qt semua. Pilihan qt sebagai orangtua, walau itu terbaik dimata qt, jangan sampai menyengsarakan anak qt. Karena tanpa qt sadari, qt telah berbuat ke-dzalim-an.

WALLAHU TA’AALAA A’LAM BISH SHAAWAB

SUMBER:
Seperti yang dikisahkan Yanti kepada q.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar