Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Selasa, 18 Februari 2014

CINTA SEJATI KU

Senin pagi itu, kelas ku kedatangan seorang guru Bahasa Inggris yang baru, Ibu Manti namanya. Melihat gaya dan caranya mengajar, sepertinya ibu guru yang satu ini ‘rada tom boy’ alias seperti lelaki.
Biasanya, setiap guru baru yang masuk ke kelas ku, pasti di ‘mapras’ alias dikerjain oleh teman-teman lelaki kelas ku yang bandel-bandel. Tetapi berbeda dengan ibu guru ini, kami seperti terbius dengan pola dan caranya menyampaikan materi pelajaran.

Walau sikap ‘tom boy’ yang melekat pada Ibu Manti, namun ia juga penuh asih. Banyak teman-teman q cepat akrab dengannya. Inilah yang membuat ku merasa sangat terkesan. Selama ini, aku belum pernah bertemu dengan wanita yang se’unik’ ibu guru yang berjilbab ini.
Diam-diam aku mengaguminya.

Jadwal mengajar Ibu Manti di sekolah ku, hanya 3 kali dalam satu minggu, yaitu hari Senin, Rabu dan Jum’at. Bila dulunya ku sungguh bersyukur bila seorang guru tidak masuk, maka berbeda dengan kedatangan ibu guru yang sahaja ini. Bila tiba hari Ibu Manti mengajar, lalu ia berhalangan hadir, aku lah orang yang paling bersedih. Tetapi tentunya ku sembunyikan rapat-rapat rasa itu.

Hingga suatu saat, ketika aku bermasalah dengan seorang teman, lalu kami berkelahi diluar sekolah. Esoknya aku segera mencari Ibu Manti dikantor guru. Betapa senangnya hati ku melihat ibu guru ku yang cantik tanpa polesan kosmetik itu sedang duduk memeriksa tugas para siswa. Aku lalu minta waktu hendak berbicara 4 mata dan Ibu Manti bersedia.

Saat kami hanya berdua diruangan P3K, Ibu Manti mempersilahkan aku untuk berbicara. Namun anehnya aku tidak mampu berkata apa-apa. Malah dengan spontan, aku merebahkan kepala ku ke pangkuannya seperti anak kecil kepada ibunya.
Ibu Manti yang pastinya terkejut, ternyata tidak menolak perbuatan ku itu, ia malah mengelus-elus kepala ku dengan penuh kasih sayang.
Aku seperti merasakan kedamaian yang bukan main saat itu.

Lama-lama sikap ku yang terlihat begitu senang saat Ibu Manti hadir dan akan bersedih bila ia tidak hadir, terbaca juga oleh beberapa teman-teman kelas ku. Mereka pun bertanya pada ku, ”Lu naksir ya sama Ibu Manti, Rif?”.
Tentunya aku menutupi perasaan ini, ku jawab saja, ”Gila kali gua, naksir ibu guru sendiri. Apalagi dia udah nikah, punya anak lagi. Engga’ lah”.

Tetapi apa iya prasangka teman-teman itu sebenarnya demikian? Benarkah aku telah jatuh hati pada Ibu Manti?
Untuk meredam kecurigaan mereka, aku berpura-pura berdiam diri dan menjaga sikap ku saat Ibu Manti hadir.
Namun baru beberapa hari aku ’ja’im’ (jaga image), ku mendapat laporan Ibu Manti sakit keras. Bukan main sedih rasanya hati ini.

Mau tidak mau aku hentikan kepura-puraan ku, justru aku sungguh mengkhawatirkannya. Segera aku dan beberapa teman ku menjenguknya di rumah sakit. Saat menjenguk itu, aku bertemu dengan suami Ibu Manti. Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa tidak nyaman berlama-lama di dekat Ibu Manti. Ada rasa tidak senang, ketika suaminya ada disitu. Aku segera pamit keluar dan menunggu teman-teman ku yang lain di area parkir rumah sakit.

Ada apa dengan ku ini? Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Sebab sebelumnya aku juga pernah menyukai beberapa teman-teman wanita yang ku kenal. Tetapi tidak sedalam ini. Rasa itu; senang bila bisa berlama-lama dan berbicara dengan Ibu Manti, sedih dan khawatir bila ia tidak hadir, ketidak senangan alias cemburu kepada suaminya.
Ahhh..., rasa yang sulit kugambarkan dengan kata-kata.

Sampai suatu ketika, salah seorang teman wanita ku yang akrab dengan ku dan juga dekat dengan Ibu Manti, menegur ku, ”Syarif, sepertinya sikap mu kepada Ibu Manti belakangan ini sungguh spesial sekali. Kamu mencintainya ya?”
Dan aku yang munafik ini, seperti biasa menjawab, ”Engga’!”
”Kalau memang iya, ngga’ apa-apa koq, cinta itu anugerah, yang salah itu tempatnya. Seharusnya bukan kepada Ibu Manti, perasaanmu itu berlabuh”, sambung teman wanita ku itu.

2 tahun Ibu Manti mengajar disekolah ku, yang kemudian ia mengundurkan diri karena sakit. Bersamaan dengan itu aku pun lulus SMU dan langsung bekerja.
Namun masa selama 2 tahun itu, tidak pernah hilang dari ingatan ku. Kenangan itu ku simpan rapat-rapat.

Kini 10 tahun sudah berlalu, aku pun telah berumahtangga, namun ingatan ku kepada Ibu Manti, tidak pernah hilang. Dialah cinta pertama dan sejati ku. Mengapa demikian?
Karena bagiku hanyalah Ibu Manti yang berhasil membangkitkan semangat ku, khususnya untuk bersekolah. Terutama saat ia sakit, dialah wanita yang pertama kali membuat tubuh ini gemetar karena mengkhawatirkan kesehatannya.
-*-

Shahabat,
Kisah diatas, menunjukkan kepada qt, bahwa ”Cinta” selain Anugerah Allah, juga merupakan Ujian Allah. Cinta itu hadir natural disetiap insan, keberadaannya tidaklah salah. Hanya manusialah yang sebaiknya cerdas menempatkannya.

(Seperti dikisahkan Syarif kepada q)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar