Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Sabtu, 12 Januari 2013

KETULUSAN DIBALIK DOSA


Saat q dan rekan-rekan padepokan tiba di stasiun kereta api Beos, Kota, Jakarta, subuh itu; tubuh q mendadak limbung dan nyaris pingsan. Mungkin karena lelah, setelah pulang dari berziarah ke Luar Batang, Pasar Ikan, Jakarta Utara.
Rekan-rekan q langsung memapah q dan mendudukan q dibangku disebuah warung dekat stasiun.


Kala q didudukan dibangku, disebelah q duduk sepasang insan yang tengah memadu kasih. ”Agak aneh sebenarnya, subuh begini sudah bermesraan didepan umum”, cetus batin q. Namun segera q tepis pikiran menilai urusan orang lain, apalagi dengan badan yang tengah lemas begini.
”Permisi mas-mba’, numpang duduk ya”, kata q kepada keduanya.
”Silahkan, silahkan bu”, balas lelaki yang q panggil mas, seraya menggeser duduk memberi tempat untuk q.

Tengah rekan-rekan q yang tengah mencari minuman atau makanan untuk q, datanglah segelas susu putih hangat dan sebungkus roti yang dibawa pemilik warung kepada kedua insan tadi. Tiba-tiba si lelaki menyodorkan susu hangat itu kepada q, disusul wanita temannya memberikan rotinya juga, sambil berkata, ”Ini untuk ibu, minum dan makanlah, agar tubuh ibu dapat kembali kuat”.
”Jangan mas-mba’, inikan pesanan kalian, biar nanti q pesan sendiri”, kata q menolak.
”Nda’ apa-apa bu, kami sudah memesan lagi dan kami masih bisa menunggu, sementara ibu kelihatannya yang lebih memerlukan”, jawab si lelaki ramah.
Dengan dibantu rekan-rekan q, q menikmati pemberian tulus kedua insan tadi sambil berbisik dalam hati, ”Subhanallaah, ampuni q Ya Allah, yang telah su’udhan kepada kedua insan yang baik hati ini. Ternyata mereka berdua sungguh berhati dermawan”.

Kami lalu terlibat percakapan. Ternyata mereka berdua bukanlah sepasang kekasih, si lelaki adalah pria pencari cinta dan si wanita adalah sang penjaja cinta.
Masya Allaah.

Saat q telah kembali kuat, kamipun memohon diri dan untuk kesekian kalinya mengucapkan terimakasih kepada kedua insan itu. Kami lalu menuju loket untuk membeli karcis kereta jurusan Bogor.

Satu lagi pelajaran yang q dapat pagi itu. Soal perbuatan dosa mereka biarlah itu urusan mereka dengan Allah, yang pasti mereka telah berbuat suatu perbuatan mulia yang penuh dengan keikhlasan yang tulus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar