Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabaarakatuhu wamaghfiraatuhu waridhwaanuh

Minggu, 01 Juni 2014

PASUTRI DAN KISAHNYA

Shahabat,
Suatu saat, ada sepasang pasutri bertanya kepada q, “Umi, katanya pernikahan itu, menyatukan 2 manusia yang berbeda, baik itu; jenis kelamin, pola pikir, budaya hingga watak. Tetapi mengapa kami merasa tidak pernah akur. Seringkali hanya karena pandangan sepele yang berbeda, kami bertengkar. Dimana arti kata ’menyatu dalam ikatan pernikahan’? Cape’ rasanya menjalani hubungan seperti ini”.


Dilain waktu, ada juga pasutri yang datang dengan keluhannya masing-masing.
Si Suami mengeluh, ”Umi, bagaimana aku harus menghadapi istri ku. Sepertinya selama menikah, aku ini yang sering mengalah...”
Sementara keluhan si Istri, ”Kurang bagaimana lagi pengertian saya untuk suami, Umi. Semua keperluannya saya penuhi, dari; membuatkan air panas untuk mandi pagi, sarapannya, mempersiapkan pakaian dan sepatu kerjanya, mencuci dan menyetrika pakaiannya, memasak hingga menunggu dia pulang kerja. Tetapi rasa-rasanya apa yang saya lakukan itu, sepertinya tidak dihargai”.

Sahabat,
Sekelumit kisah diatas memberikan qt 3 pelajaran berharga:
1. PERBEDAAN
2. PENGERTIAN
3. PERHITUNGAN
-*-

1. PERBEDAAN
Shahabat,
”Perbedaan itu indah”, begitulah kata beberapa ulama.
Coba bila Allah hanya menciptakan lautan saja, tanpa daratan...
Atau daratan rata saja tanpa gunung...
Atau tumbuhan, dedaunan saja tanpa bunga atau buah.

Intinya, PERBEDAAN itu memang telah ditaqdirkan-Nya, hingga kepada yang kembar sekalipun.
Tinggal qt yang seharusnya cerdas menyikapi perbedaan tersebut, dengan memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan qt masing-masing.
-*-

2. PENGERTIAN
Shahabat,
Sebuah Rumahtangga dibangun tidak hanya dilandasi oleh ’cinta’ semata, tetapi lebih kepada pengertian, kepercayaan dan kasih sayang.

Rumahtangga di ibaratkan seperti panca indera yang ada didalam tubuh ini, yang memiliki amanahnya masing-masing yang satu sama lain berbeda.
Contohnya, belum pernah mata protes pada telinga akan kinerjanya dalam mendengar, begitupun sebaliknya. Malahan mulut qt yang protes kinerja mata dan telinga orang lain.

Harmonisasi ke 5 panca indera tersebut, membantu manusia memenuhi aktivitas kehidupannya.

Jadi, PENGERTIAN merupakan kunci keharmonisan sebuah rumahtangga sesudah cinta.
-*-

3. PERHITUNGAN
Shahabat,
Nampaknya sudah menjadi tabiat manusia, selalu menghitung atau menilai. Tidak hanya dalam soal materi saja, dalam sikap dan perilaku pun justru lebih dominan, seperti; Menolong, Memberi, Memahami, Memberi Kepercayaan hingga Mencintai.
Hal ini juga berlaku dalam kehidupan ber-Rumahtangga.

Saat hubungan pasutri didominasi rasa cinta dan kasih sayang, pastilah segala kebaikan pasangan di tinggikan. Namun, ketika kekecewaan hadir dan memudarnya cinta, maka segala keburukan pasangan yang di-umbar.

Hubungan suami istri, ibarat Paru-paru dan Jantung didalam tubuh ini.
Dimana, Paru-paru tidak memperhitungkan kerja Jantung dalam mengalirkan darah didalam tubuh, begitupun sebaliknya, Jantung juga tidak memperhitungkan usaha Paru-paru dalam menyebarkan oksigen keseluruh tubuh.

Hubungan pasutri juga di ibaratkan seperti Matahari dan Bulan.
Sepertinya, Matahari tidak pernah protes pada Bulan yang asyik menemani manusia terlelap dalam damai. Sementara dirinya harus menemani manusia yang sibuk dengan ego dan amarah.
Begitu juga dengan Bulan, ia tidak pernah protes pada Matahari yang bahagia melihat; tawa ceria anak-anak, senyum bahagia orangtua dan ’sumringah’nya wajah para kaum muda yang berkarya penuh harapan. Sementara dirinya hanya menemani lelap, dengkur dan igau-an manusia-manusia tadi.

Intinya, berhentilah membuat PERHITUNGAN alias menilai.
Karena tidak ada perhitungan dalam sebuah ’walimatuhharus’. Tidak ada, ”saya yang lebih berbuat, sementara kamu sedikit”. Hubungan rumahtangga itu saling melengkapi satu sama lain, seperti; kunci dengan gembok, atau kendaraan bermotor dengan bahan bakar, atau internet dengan sinyal.

Sebab boleh jadi hari ini qt Malaikat bagi pasangan qt, belum tentu esok hari, bisa jadi qt justru Syaithan untuk pasangan qt.
Boleh jadi hari ini keberadaan qt, ’baraqah’ bagi pasangan qt, ’pahala’ disisi qt. Belum tentu esok hari, bisa jadi ’haram’ bagi pasangan qt, ’dosa’ disisi qt.
-*-

Akhirnya Shahabat,
Nikmatilah WAKTU yang Allah anugerah-kan kepada qt dengan bersyukur penuh amanah, karena ketika waktu itu berlalu, tidak menjadikan qt menyesal dan mubadzir.
--***--





Tidak ada komentar:

Posting Komentar