”Ketaqwaan seseorang tidak dilihat dari rupa maupun
pakaiannya.
Manusia tidak dihargai dari bungkusan yang menutupinya,
tetapi dari
isinya, dari mutu keimanan
dan dari akhlaq manusia yang ada didalamnya”
(Nabi Daud as.)
Tatkala Nabi Daud as. sedang memberikan pelajaran tentang
akhlaq kepada para muridnya, masuklah seorang laki-laki berjenggot, berjubah
putih dan wangi. Melihat
dari penampilannya, sepertinya laki-laki tersebut seorang ahli ibadah. Ia
mengucapkan salam kepada Nabi dan langsung mengerjakan sholat sesuai syariat
yang berlaku pada waktu itu.
Nabi Daud as. tetap memberikan tausiahnya pada para muridnya tanpa memperhatikan apa yang dilakukan laki-laki berjenggot tadi. Murid-muridnya mulai merasa tidak enak atas sikap Nabi yang terlihat acuh pada laki-laki tersebut.
Setelah laki-laki itu selesai melakukan sholat, terdengar ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian ia berdiri dan pamit kepada Nabi Daud as., dan langsung keluar meninggalkan rumah peribadatan. Nabi tetap tidak menunjukkan rasa hormat sedikitpun kepada laki-laki tersebut.
Sepeninggal laki-laki berjanggut tadi dan setelah selesai memberikan pelajaran, seorang muridnya bertanya pada Nabi Daud as., ”Wahai Nabiullah, bukankah engkau mengajarkan kami untuk menghormati tamu?”
”Betul”, jawab Nabi.
Nabi Daud as. tetap memberikan tausiahnya pada para muridnya tanpa memperhatikan apa yang dilakukan laki-laki berjenggot tadi. Murid-muridnya mulai merasa tidak enak atas sikap Nabi yang terlihat acuh pada laki-laki tersebut.
Setelah laki-laki itu selesai melakukan sholat, terdengar ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian ia berdiri dan pamit kepada Nabi Daud as., dan langsung keluar meninggalkan rumah peribadatan. Nabi tetap tidak menunjukkan rasa hormat sedikitpun kepada laki-laki tersebut.
Sepeninggal laki-laki berjanggut tadi dan setelah selesai memberikan pelajaran, seorang muridnya bertanya pada Nabi Daud as., ”Wahai Nabiullah, bukankah engkau mengajarkan kami untuk menghormati tamu?”
”Betul”, jawab Nabi.
”Lalu
mengapa engkau tidak menunjukkan itu pada tamu barusan?”, tanya si murid lagi.
”Sebab dia tidak tahu budi pekerti. Seharusnya memasuki Baitullah dengan kaki kanan, tetapi dia masuk dengan kaki kiri. Dan lagi, sebaiknya ia menyempatkan diri untuk ikut duduk bersama kita disini”, jawab Nabi.
”Mungkin dia belum tahu tata caranya”, bela murid yang lain.
”Bukankah penampilannya menunjukkan kepada kita bahwa dia seorang yang alim”, sanggah Nabi.
Belum sempat Nabi Daud as. menjelaskan lebih lanjut, murid lainnya pun angkat bicara, ”Tetapi tadi kelihatannya dia sangat lama dan khusyu’ dalam sholatnya”. ”Ya betul, dia juga terlihat menangis ketika berdoa”, sergah yang lainnya.
"Orang semacam inilah yang bisa menjatuhkan agama kita, penampilannya tidak sesuai dengan akhlaqnya. Dia adalah seorang munafik dan palsu ibadahnya”, jelas Nabi.
”Orang tadi beribadah hanya untuk memamerkan kesholehannya, dia sholat untuk dilihat oleh kita, bukan untuk Allah SWT. Begitu pula dengan doanya yang dengan menangis, itu semua palsu”, tambah Nabi menjelaskan. ”Allah menyukai hambanya yang datang mengadu kepada-Nya, diwaktu dia sendiri, didalam kamar, diwaktu sholat malam, dan dalam keadaan khusyu. Tidak untuk dilihat orang banyak”, papar Nabi.
”Tetapi wajahnya mulus dan bajunya putih bersih, sepertinya dia seorang yang ikhlas dan penuh taqwa”, tanya murid yang lain, yang masih belum percaya pada penjelasan Nabi Daud as.
”Ketaqwaan seseorang tidak dilihat dari rupa maupun pakaiannya. Manusia tidak dihargai dari bungkusan yang menutupinya, tetapi dari isinya, dari mutu keimanan dan dari akhlaq manusia yang ada didalamnya”, jawab Nabi. ”Karena Allah hanya melihat hati yang terwujud dalam perbuatan yang sesuai dengan aturan-Nya”, tutur Nabi dengan tersenyum.
”Sebab dia tidak tahu budi pekerti. Seharusnya memasuki Baitullah dengan kaki kanan, tetapi dia masuk dengan kaki kiri. Dan lagi, sebaiknya ia menyempatkan diri untuk ikut duduk bersama kita disini”, jawab Nabi.
”Mungkin dia belum tahu tata caranya”, bela murid yang lain.
”Bukankah penampilannya menunjukkan kepada kita bahwa dia seorang yang alim”, sanggah Nabi.
Belum sempat Nabi Daud as. menjelaskan lebih lanjut, murid lainnya pun angkat bicara, ”Tetapi tadi kelihatannya dia sangat lama dan khusyu’ dalam sholatnya”. ”Ya betul, dia juga terlihat menangis ketika berdoa”, sergah yang lainnya.
"Orang semacam inilah yang bisa menjatuhkan agama kita, penampilannya tidak sesuai dengan akhlaqnya. Dia adalah seorang munafik dan palsu ibadahnya”, jelas Nabi.
”Orang tadi beribadah hanya untuk memamerkan kesholehannya, dia sholat untuk dilihat oleh kita, bukan untuk Allah SWT. Begitu pula dengan doanya yang dengan menangis, itu semua palsu”, tambah Nabi menjelaskan. ”Allah menyukai hambanya yang datang mengadu kepada-Nya, diwaktu dia sendiri, didalam kamar, diwaktu sholat malam, dan dalam keadaan khusyu. Tidak untuk dilihat orang banyak”, papar Nabi.
”Tetapi wajahnya mulus dan bajunya putih bersih, sepertinya dia seorang yang ikhlas dan penuh taqwa”, tanya murid yang lain, yang masih belum percaya pada penjelasan Nabi Daud as.
”Ketaqwaan seseorang tidak dilihat dari rupa maupun pakaiannya. Manusia tidak dihargai dari bungkusan yang menutupinya, tetapi dari isinya, dari mutu keimanan dan dari akhlaq manusia yang ada didalamnya”, jawab Nabi. ”Karena Allah hanya melihat hati yang terwujud dalam perbuatan yang sesuai dengan aturan-Nya”, tutur Nabi dengan tersenyum.
“… Dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya…”
(Al-A’raaf [7]: 29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar