Setelah menempuh dua jam perjalanan, akhirnya kami menemukan warung nasi uduk. Sarapan kami nikmati seperti belum pernah menyantap nasi uduk sebelumnya. Selesai sarapan, kami segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan, kamipun membayar makanan yang telah kami santap kepada ibu penjual nasi uduk. Ibu penjual kulihat berkaca-kaca matanya. Dan seperti tahu saya tengah memperhatikannya, ibu tersebut berkata kepada saya, ”Alhamdulillah, alhamdulillah, mimpi apa saya semalam ya, hari ini dagangan saya ludes terjual.” Saya tersenyum dan berkata, ”Ibu, Allah memberi rizqi itu dari mana saja dan tidak pernah bisa kita duga.”
Malamnya kami sampai di Condet, Jakarta Timur, ditengah hujan deras yang turun sejak sore hari. Perutpun kembali protes minta diisi lagi. Kami berhenti disebuah tenda Nasi Goreng dipinggir jalan. Sambil menunggu pesanan yang tengah dimasak, salah satu kawan mencoba bercakap-cakap dengan bapak penjual nasi goreng, ”Pak, kalau hujan begini, jualannya sepi ya. Pasti sedikit yang beli kan? Bapak rugi dong...”
Bapak penjual sambil tersenyum berkata, ”Alhamdulillah, Allah mengirim ibu dan bapak sekalian malam ini untuk rizqi saya. Dan saya percaya, Allah juga yang telah menetapkan rizqi saya malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Saya tidak pernah merasa rugi, pak.”
Kawan tadi lalu bertanya lagi, ”Tapi ini hujan, pak. Beda kalau tidak hujan, saya yakin bapak pasti ada rasa sedih.” Kali ini bapak tersebut malah tertawa lebar, ”Justru saya gembira, pak. Dua anak laki-laki saya, pasti banyak sewaannya, mereka itu ojek payung. Nah, hujan yang deras dan berkepanjangan ini adalah rizqi mereka.” Sambil menghidangkan pesanan yang sudah selesai dimasak bapak bijak itu menambahkan, ”Yang menambah bahagia saya adalah hujan ini adalah barkah bagi sawah saya dan sawah milik petani lainnya dikampung saya di Purwokerto.”
Sambil menyantap nasi goreng yang saya rasa lebih lezat dari nasi goreng ’chinese food’, diam-diam saya kagum kepada bapak penjual nasi goreng itu. Apa yang dipaparkannya adalah bentuk rasa syukurnya kepada Allah. Walau hujan maupun panas, baginya rizqi Allah pasti selalu ada.
Sahabat, dari kedua cerita diatas, baiklah kita menambah lagi ilmu muhasabah kita dengan selalu bersyukur dan bersabar. Janganlah kita mudah merasa gundah bila sedang dalam kekurangan. Yaqinlah, Allah pasti telah menyiapkan rizqi untuk kita, dan tidak pernah bisa kita duga kedatangannya.
"Sesungguhnya Allah melapangkan rizqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rizqi itu)." (Ar-Rum: 37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar