”Siapa engkau itu?”, sebuah suara bertanya kepadanya.
“Aku ini istri lurah”, jawabnya.
“Aku tidak bertanya kepadamu, engkau istri siapa, tetapi engkau itu siapa?” “Aku ibu dari empat orang anak.”
“Aku tidak bertanya, engkau ibunya siapa, tetapi siapa engkau itu?”
“Aku seorang guru di sekolah.”
”Aku tidak menanyakan pekerjaanmu, tetapi siapa engkau itu.”
Dan demikianlah seterusnya. Tidak peduli apapun jawaban ibu tersebut, rupanya itu bukan jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan: “Engkau itu siapa?”
”Aku ini seorang Muslimah.”
“Aku tidak menanyakan agamamu, tetapi engkau itu siapa.”
“Aku taat beribadah dan sering beramal.”
“Aku tidak menanyakan perbuatanmu, tetapi siapa engkau itu.”
Perempuan itu tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Setelah beberapa hari koma, ia kemudian sadar dan berangsur sembuh. Setelah sembuh, ia lalu berniat untuk menemukan siapa dirinya. Ia berusaha semakin bertambah dalam ibadah-ibadahnya. Ia tingkatkan sholat malam dan sholat sunah lainnya. Ia perbanyak dzikir dan shodaqohnya. Ia pertebal puasa dan silahturahminya. Ia perketat hijab dan halwatnya. Dzuhud dan muhasabah diresapi dan diterapkannya dalam keseharian hidupnya.
Inti dari kisah diatas adalah kita ini bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Kita adalah wadah yang disebut manusia, bagi sebuah ruh yang Allah ciptakan, untuk diuji di dalam dunia, tempat yang Allah telah siapkan. Maka bila manusia telah lulus ujian dunia, maka ruh yang kelak keluar dari jasad yan telah selesai menjalankan tugas, akan kembali kepada Allah sebagai ruh yang sholeh atau sholehah. Untuk nantinya pada hari akhir, bersama-sama dengan jasad dari seorang hamba, akan menempati Firdaus abadi. Jadi jawaban yang benar adalah ”Aku hanya seorang Hamba Allah yang berusaha Tawaqul Arasy.”
Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (Luqman: 33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar